Dokter Post - Algoritma Diagnosis Cerdas bagi Dokter Umum: Membedakan PPOK Eksaserbasi Akut dan Edema Paru Akut Kardiogenik

Algoritma Diagnosis Cerdas bagi Dokter Umum: Membedakan PPOK Eksaserbasi Akut dan Edema Paru Akut Kardiogenik

1 Aug 2025 • Pulmonologi

Deskripsi

Algoritma Diagnosis Cerdas bagi Dokter Umum: Membedakan PPOK Eksaserbasi Akut dan Edema Paru Akut Kardiogenik

1. Pendahuluan: Tantangan Diagnosis Dispnea Akut di Layanan Primer

Dispnea akut, atau sesak napas yang timbul mendadak, merupakan salah satu keluhan yang sering dihadapi dokter umum di unit layanan primer dan gawat darurat. Kondisi ini menuntut kemampuan diagnosis yang cepat dan akurat karena penyebabnya sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga mengancam jiwa. 

Di antara berbagai kemungkinan diagnosis, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) eksaserbasi akut (PPOAK) dan Edema Paru Akut Kardiogenik (EPAK) menjadi dua entitas yang seringkali menunjukkan gejala tumpang tindih, namun memerlukan pendekatan tata laksana yang fundamental berbeda.

Kesalahan dalam membedakan kedua kondisi ini dapat berakibat serius. Sebagai contoh, pemberian cairan intravena yang agresif pada pasien EPAK yang keliru didiagnosis sebagai PPOAK dapat memperburuk kongesti paru dan berpotensi fatal. 

Sebaliknya, penanganan PPOAK yang tidak adekuat, seperti keterlambatan pemberian bronkodilator atau kortikosteroid karena disangka EPAK ringan, juga dapat memperpanjang durasi eksaserbasi dan meningkatkan morbiditas. Dokter umum, sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan, memegang peranan vital dalam melakukan triase, stabilisasi awal, dan penentuan rujukan yang tepat. 

Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai perbedaan karakteristik klinis dan pendekatan diagnostik kedua kondisi ini menjadi sangat esensial. Artikel ilmiah populer ini bertujuan untuk menyajikan algoritma diagnostik yang praktis dan berbasis bukti, merujuk pada literatur ilmiah terindeks PubMed,

guna membantu dokter umum, khususnya yang berusia 25-35 tahun, dalam membuat keputusan klinis yang lebih tepat dan cepat dalam membedakan PPOAK dan EPAK. Dengan demikian, diharapkan kualitas pelayanan dan luaran pasien dengan keluhan dispnea akut dapat ditingkatkan, sekaligus mengoptimalkan efisiensi sistem rujukan kesehatan.

2. Mengenali PPOK Eksaserbasi Akut (PPOAK): Fokus pada Temuan Kunci

Memahami karakteristik PPOK eksaserbasi akut (PPOAK) adalah langkah awal yang krusial dalam algoritma diagnosis. PPOAK didefinisikan sebagai perburukan akut dari gejala respiratorik pasien PPOK, seperti peningkatan sesak napas, batuk, dan/atau perubahan volume serta warna sputum, yang melebihi variasi harian normal dan memerlukan perubahan dalam tata laksana reguler. 

Pemicu utama PPOAK adalah infeksi saluran napas, baik oleh virus maupun bakteri, serta paparan polutan lingkungan. Pemahaman akan definisi dan pemicu ini penting untuk mengarahkan anamnesis dan mempertimbangkan terapi yang tepat, misalnya pemberian antibiotik.

Anamnesis Kunci

Dalam anamnesis, beberapa poin kunci perlu digali untuk mengarahkan diagnosis ke PPOAK:

  • Riwayat PPOK yang sudah terdiagnosis: Ini adalah informasi paling fundamental.

  • Riwayat merokok: Sebagian besar pasien PPOK memiliki riwayat merokok yang signifikan.

  • Frekuensi eksaserbasi sebelumnya: Pasien dengan riwayat eksaserbasi sering (fenotip frequent exacerbator) memiliki kecenderungan untuk mengalami eksaserbasi berulang.

  • Onset gejala: Gejala PPOAK biasanya berkembang secara gradual dalam beberapa hari, berbeda dengan EPAK yang seringkali lebih akut.

  • Perubahan karakteristik sputum: Peningkatan volume sputum dan/atau perubahan warna menjadi lebih kental dan purulen (kekuningan atau kehijauan) adalah tanda penting. Kriteria Anthonisen, yang meliputi peningkatan sesak napas, peningkatan volume sputum, dan peningkatan purulensi sputum, sering digunakan sebagai panduan. Adanya dua dari tiga kriteria ini, terutama jika salah satunya adalah peningkatan purulensi sputum, mengindikasikan kemungkinan besar infeksi bakteri dan menjadi dasar pertimbangan pemberian antibiotik.

Pemeriksaan Fisik Khas

Temuan pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis PPOAK meliputi:

  • Inspeksi: Pasien mungkin tampak takipnea (frekuensi napas meningkat), menggunakan otot bantu napas (misalnya, otot sternokleidomastoideus, interkostal), dan pada kasus berat dapat ditemukan sianosis sentral atau perifer.

  • Auskultasi Paru: Temuan klasik adalah mengi (wheezing) terutama saat ekspirasi yang memanjang, ronki kering (rhonchi), dan pada beberapa kasus, suara napas dapat terdengar melemah atau bahkan tidak terdengar pada area dengan obstruksi berat atau emfisema lanjut.

  • Tanda Gagal Jantung Kanan (Kor Pulmonale): Pada pasien PPOK lanjut dengan kor pulmonale, dapat ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis (JVP) dan edema perifer, namun ini lebih merupakan tanda penyakit kronis yang mendasari daripada temuan akut eksaserbasi semata, kecuali jika ada perburukan gagal jantung kanan yang menyertai.

Gambar 1. Evaluasi Diagnostik Dispneu Kronis

Figure 1

Patofisiologi PPOAK didasari oleh eskalasi proses inflamasi pada jalan napas dan sistemik, seringkali dipicu oleh infeksi. Inflamasi ini menyebabkan edema mukosa, hipersekresi mukus, dan bronkospasme, yang secara kolektif menimbulkan gejala sesak napas, batuk, dan produksi sputum yang meningkat. Pemahaman ini menjadi dasar rasionalitas pemberian terapi anti-inflamasi seperti kortikosteroid dan bronkodilator. Kriteria Anthonisen, dengan menekankan pada purulensi sputum, secara tidak langsung mengidentifikasi kemungkinan peran infeksi bakteri, sehingga menjadi panduan praktis bagi dokter umum dalam memutuskan perlunya terapi antibiotik untuk mengurangi risiko kegagalan terapi dan relaps dini.

3. Mengenali Edema Paru Akut Kardiogenik (EPAK): Fokus pada Temuan Kunci

Edema Paru Akut Kardiogenik (EPAK) adalah kondisi kegawatdaruratan medis yang ditandai dengan akumulasi cairan secara cepat di ruang interstitial dan alveolar paru akibat peningkatan tekanan pengisian jantung kiri, khususnya tekanan hidrostatik kapiler paru. Peningkatan tekanan ini menyebabkan transudasi cairan dari kapiler ke dalam alveoli, mengganggu pertukaran gas.

Penyebab utama EPAK adalah disfungsi jantung akut, seperti infark miokard akut (IMA), aritmia berat (takikardia atau bradikardia signifikan), krisis hipertensi, atau dekompensasi akut dari disfungsi katup jantung yang sudah ada sebelumnya. Memahami bahwa EPAK adalah manifestasi dari masalah jantung yang mendasari sangat penting untuk mengarahkan diagnosis dan tata laksana.

Gambar 2. Fisiologi perpindahan cairan mikrovaskuler di Paru-paru

Arm 91 00034 g002

Anamnesis Kunci

Anamnesis yang cermat dapat memberikan petunjuk kuat ke arah EPAK:

  • Riwayat penyakit jantung sebelumnya: Adanya riwayat penyakit jantung koroner, gagal jantung kronis, hipertensi lama tak terkontrol, penyakit katup jantung, atau kardiomiopati meningkatkan kecurigaan.

  • Onset dan karakteristik sesak napas: Sesak napas pada EPAK biasanya timbul sangat akut, seringkali dalam hitungan jam atau bahkan menit, dan dapat membangunkan pasien dari tidur (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea/PND) atau memberat saat berbaring datar (ortopnea). Pasien mungkin membutuhkan beberapa bantal untuk bisa tidur atau bahkan harus tidur dalam posisi duduk.

  • Gejala penyerta: Batuk produktif dengan sputum berbusa, kadang berwarna kemerahan (pink frothy sputum), merupakan tanda yang cukup khas meskipun tidak selalu ada. Keringat dingin (diaforesis), palpitasi, nyeri dada (jika disebabkan IMA), dan rasa cemas atau panik juga sering menyertai. "Pink frothy sputum" adalah tanda EPAK berat, mengindikasikan ekstravasasi eritrosit ke alveoli akibat tekanan kapiler yang sangat tinggi dan kerusakan sawar alveolo-kapiler, ini merupakan tanda bahaya yang menunjukkan keparahan kondisi dan prognosis yang kurang baik.

Pemeriksaan Fisik Khas

Pemeriksaan fisik pada pasien EPAK seringkali menunjukkan gambaran yang khas:

  • Inspeksi dan Tanda Vital: Pasien tampak sangat sesak, takipnea (frekuensi napas >25-30x/menit), seringkali menggunakan otot bantu napas. Dapat ditemukan takikardia dan hipertensi (pada EPAK tipe hipertensif) atau hipotensi (jika sudah terjadi syok kardiogenik). Saturasi oksigen biasanya rendah.

  • Auskultasi Paru: Temuan paling khas adalah ronkhi basah halus (krepitasi) bilateral, yang biasanya dimulai dari basal paru dan dapat meluas ke seluruh lapangan paru seiring perburukan edema. Mengi (wheezing) juga dapat terdengar, fenomena yang dikenal sebagai "cardiac asthma", yang disebabkan oleh edema peribronkial dan bronkospasme refleks akibat kongesti paru. Kehadiran wheezing ini terkadang dapat menyebabkan miskonsepsi dengan PPOAK atau asma jika tidak diinterpretasikan dalam konteks klinis gagal jantung lainnya.

  • Pemeriksaan Jantung dan Vaskular: Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP) sering ditemukan. Pada auskultasi jantung, dapat terdengar S3 gallop (menandakan disfungsi ventrikel kiri dan peningkatan tekanan pengisian) atau murmur jantung baru (misalnya, regurgitasi mitral akut akibat ruptur korda tendinea pada IMA) atau perburukan murmur yang sudah ada sebelumnya.

  • Tanda Lain: Edema perifer bilateral, terutama pada tungkai dan pergelangan kaki, sering menyertai, meskipun pada EPAK yang sangat akut, edema perifer mungkin belum sempat terbentuk secara signifikan.

Kombinasi temuan paru (ronkhi basah bilateral) dengan tanda-tanda disfungsi jantung (peningkatan JVP, S3 gallop, edema perifer, riwayat penyakit jantung) sangat mengarahkan diagnosis ke EPAK. Penting untuk melakukan pemeriksaan komprehensif agar tidak terjebak pada satu temuan saja, seperti wheezing, yang bisa muncul pada kedua kondisi.

4. Algoritma Diagnosis Diferensial PPOAK vs. EPAK untuk Dokter Umum

Membedakan PPOAK dan EPAK di layanan primer memerlukan pendekatan sistematis yang mengintegrasikan temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang awal. Tidak ada satu tanda atau gejala tunggal yang 100% definitif, sehingga kombinasi dan pola dari berbagai temuan menjadi kunci.

Langkah 1: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Komprehensif – Fondasi Diagnosis

Langkah awal yang paling krusial adalah anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Informasi yang digali harus mencakup riwayat penyakit dahulu, terutama adanya PPOK, asma, penyakit jantung (koroner, gagal jantung, katup), hipertensi, dan diabetes melitus. Riwayat merokok, penggunaan obat-obatan rutin (termasuk diuretik, bronkodilator, nitrat), dan alergi juga penting. 

Fokuskan pada onset dan durasi sesak napas (akut mendadak atau gradual memburuk), faktor pencetus yang mungkin (infeksi, paparan alergen, aktivitas fisik, ketidakpatuhan obat), dan gejala penyerta seperti batuk (kering atau produktif, warna dan konsistensi sputum), nyeri dada (karakter, lokasi, penjalaran, durasi), ortopnea, PND, demam, dan edema tungkai.

Pemeriksaan fisik harus mencakup tanda-tanda vital lengkap (frekuensi napas, frekuensi nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen). Nilai status kesadaran dan tingkat distres pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu napas dan adanya sianosis. Auskultasi paru secara seksama untuk mencari wheezing, ronki basah (krepitasi), ronki kering, atau penurunan suara napas. 

Auskultasi jantung penting untuk mendeteksi S3 gallop atau murmur yang abnormal. Periksa juga tekanan vena jugularis (JVP) dan ada tidaknya edema perifer. Temuan klinis awal ini seringkali sudah dapat memberikan arah diagnosis yang signifikan sebelum pemeriksaan penunjang dilakukan.

Langkah 2: Pemeriksaan Penunjang Awal yang Dapat Dilakukan di Layanan Primer

Setelah evaluasi klinis awal, beberapa pemeriksaan penunjang sederhana dapat sangat membantu:

  • Elektrokardiogram (EKG):

  • Pada EPAK: EKG dapat menunjukkan tanda-tanda iskemia atau infark miokard akut (elevasi atau depresi segmen ST, gelombang Q patologis, left bundle branch block (LBBB) baru), aritmia (misalnya, atrial fibrilasi dengan respons ventrikel cepat), atau tanda hipertrofi ventrikel kiri sebagai underlying disease.

  • Pada PPOAK: EKG mungkin normal atau menunjukkan gambaran kronis PPOK seperti P pulmonale (gelombang P tinggi di lead II, III, aVF), deviasi aksis ke kanan (RAD), hipertrofi ventrikel kanan (RVH), atau incomplete right bundle branch block (IRBBB). Perubahan akut spesifik jarang ditemukan kecuali ada komplikasi kardiak yang menyertai.

  • EKG adalah alat non-invasif yang cepat dan dapat memberikan petunjuk kuat adanya masalah kardiak akut sebagai penyebab sesak napas.

  • Foto Toraks (CXR):

  • Pada EPAK: Gambaran klasik meliputi kardiomegali (pembesaran jantung), redistribusi vaskular ke apeks paru (sefalisasi), edema interstitial (tampak sebagai garis Kerley B atau peribronchial cuffing), edema alveolar (konsolidasi bilateral terutama di daerah perihilar yang memberikan gambaran batwing appearance), dan mungkin disertai efusi pleura bilateral.


Gambar 3. Foto Thorax menunjukkan Edema Pulmo Kardiogenik dan Non-Kardiogenik

Arm 91 00034 g003


  • Pada PPOAK: CXR seringkali menunjukkan gambaran hiperinflasi paru (diafragma datar, peningkatan ruang retrosternal), peningkatan corakan bronkovaskular, dan mungkin adanya bula. Pada eksaserbasi akut, gambaran CXR mungkin tidak banyak berubah dari kondisi kronisnya, kecuali jika ada komplikasi seperti pneumonia atau pneumotoraks yang menjadi pemicu eksaserbasi.

  • CXR membantu visualisasi langsung kondisi paru dan jantung. Gambaran yang cukup khas seringkali dapat mengarahkan ke EPAK. Pada PPOAK, CXR lebih berperan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain atau komplikasi.


  • Brain Natriuretic Peptide (BNP) atau N-terminal pro-BNP (NT-proBNP):

  • Pemeriksaan ini sangat berguna untuk membedakan dispnea akibat penyebab kardiak (seperti EPAK) dari penyebab non-kardiak (seperti PPOAK murni). Kadar BNP <100 pg/mL atau NT-proBNP <300 pg/mL memiliki nilai prediksi negatif yang sangat tinggi untuk menyingkirkan gagal jantung akut sebagai penyebab utama sesak napas. Sebaliknya, kadar yang sangat tinggi (misalnya, BNP >400-500 pg/mL atau NT-proBNP >900-1800 pg/mL tergantung usia dan fungsi ginjal) sangat mendukung diagnosis EPAK.

  • Ini adalah pemeriksaan darah yang relatif cepat dan dapat secara signifikan membantu dalam situasi diagnosis yang meragukan, terutama jika akses ke ekokardiografi terbatas.

Penting diingat bahwa EKG dan CXR juga berperan dalam menyingkirkan penyebab dispnea akut lainnya seperti pneumotoraks masif atau pneumonia lobaris luas, yang mungkin memerlukan penanganan segera yang berbeda. Dengan menyempitkan diagnosis banding, fokus investigasi dan tata laksana dapat lebih terarah.

Kekuatan diagnosis terletak pada kombinasi dan pola dari berbagai temuan. Misalnya, riwayat PPOK yang khas, onset gradual, sputum purulen, disertai mengi pada auskultasi, tanpa peningkatan JVP atau edema perifer yang signifikan, dan kadar BNP yang normal atau rendah, akan sangat mengarahkan diagnosis ke PPOAK. 

Sebaliknya, riwayat penyakit jantung, onset sesak yang sangat akut disertai ortopnea, ronkhi basah bilateral pada auskultasi, peningkatan JVP, dan kadar BNP yang sangat tinggi, lebih mendukung diagnosis EPAK.

Tabel Perbandingan Fitur Klinis dan Temuan Awal PPOAK vs. EPAK

Fitur Klinis & Temuan Awal

PPOK Eksaserbasi Akut (PPOAK)

Edema Paru Akut Kardiogenik (EPAK)

Riwayat Penyakit Utama

PPOK terdiagnosis, riwayat merokok berat

Penyakit jantung (PJK, gagal jantung, hipertensi, katup), diabetes

Onset Sesak

Gradual memburuk dalam beberapa hari

Akut, mendadak, sering malam hari atau saat istirahat

Karakteristik Sesak

Ortopnea/PND jarang, kecuali ada komorbid gagal jantung

Ortopnea dan PND sering terjadi

Batuk & Sputum

Batuk produktif, sputum meningkat volume dan/atau purulensi

Batuk, bisa dengan sputum berbusa kemerahan (pink frothy sputum)

Nyeri Dada

Jarang, kecuali ada komplikasi atau komorbid

Sering, jika disebabkan Infark Miokard Akut (IMA)

Pemeriksaan Fisik Umum

Distres napas, penggunaan otot bantu, sianosis (pada kasus berat)

Distres napas berat, takipnea, penggunaan otot bantu, sering cemas

Auskultasi Paru

Mengi (wheezing) ekspirasi, ronki kering, suara napas menurun

Ronkhi basah halus (krepitasi) bilateral, bisa disertai mengi

Auskultasi Jantung

Biasanya normal, S2 mengeras jika ada hipertensi pulmonal

S3 gallop sering terdengar, bisa ada murmur baru atau memburuk

JVP

Normal atau meningkat jika ada kor pulmonale

Sering meningkat

Edema Perifer

Jarang, kecuali ada kor pulmonale atau komorbid lain

Sering ditemukan bilateral

EKG

P pulmonale, RAD, RVH (kronis); jarang perubahan akut spesifik

Tanda iskemia/infark, aritmia, LVH

Foto Toraks

Hiperinflasi, diafragma datar, bula; jarang perubahan akut

Kardiomegali, sefalisasi, garis Kerley B, edema alveolar, efusi pleura

BNP/NT-proBNP

Normal atau sedikit meningkat (jika ada kor pulmonale)

Sangat meningkat

Tabel perbandingan ini menyajikan poin-poin kunci secara berdampingan, memudahkan dokter umum untuk mengidentifikasi pola dan perbedaan, sehingga mempercepat proses diagnosis diferensial dan mengarah pada keputusan klinis yang lebih cepat dan terinformasi.

5. "Red Flags": Kapan Harus Segera Merujuk?

Identifikasi tanda bahaya atau "red flags" adalah komponen krusial dalam penanganan pasien dengan PPOAK maupun EPAK di layanan primer. Pengenalan dini terhadap kondisi yang mengancam jiwa memungkinkan rujukan segera ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk penanganan definitif.

Red Flags pada PPOK Eksaserbasi Akut (PPOAK):

Pasien PPOAK yang menunjukkan tanda-tanda berikut memerlukan rujukan segera ke rumah sakit:

  • Perburukan dispnea yang signifikan dan tidak memberikan respons adekuat terhadap terapi bronkodilator awal.

  • Timbulnya sianosis baru atau perburukan sianosis yang sudah ada.

  • Penurunan kesadaran, konfusi, atau agitasi.

  • Saturasi oksigen persisten <88-90% meskipun telah diberikan suplementasi oksigen terkontrol.

  • Tanda-tanda kelelahan otot pernapasan (misalnya, pernapasan paradoksal, penggunaan otot bantu napas yang masif).

  • Instabilitas hemodinamik (hipotensi, takikardia berat).

  • Adanya komorbiditas berat yang tidak stabil (misalnya, gagal jantung, aritmia, pneumonia).

  • Tidak ada perbaikan klinis yang nyata setelah 1-3 jam penanganan awal di layanan primer.

Red Flags pada Edema Paru Akut Kardiogenik (EPAK):

Pasien EPAK dengan kondisi berikut memerlukan rujukan segera, idealnya ke pusat layanan jantung terpadu jika tersedia:

  • Distres pernapasan berat (frekuensi napas >30 kali/menit, penggunaan otot bantu napas yang masif, pasien tidak dapat berbicara dalam kalimat penuh).

  • Hipoksia persisten (saturasi oksigen <90%) meskipun dengan terapi oksigen aliran tinggi.

  • Hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mmHg) atau tanda-tanda syok kardiogenik (kulit dingin dan lembab, akral dingin, penurunan kesadaran, oliguria/anuria).

  • Nyeri dada berkelanjutan yang sangat sugestif infark miokard akut.

  • Aritmia ventrikel maligna atau bradiaritmia simtomatik.

  • Gagal respons terhadap terapi diuretik dan vasodilator awal di layanan primer (jika sempat diberikan dan aman).

  • Kecurigaan adanya komplikasi mekanik akut dari infark miokard (misalnya, murmur baru yang keras).

Salah satu tanda bahaya universal yang berlaku untuk kedua kondisi adalah hipoksemia refrakter. Ketidakmampuan untuk memperbaiki saturasi oksigen ke tingkat yang aman (SpO2​≥88−90%) meskipun dengan pemberian terapi oksigen yang adekuat menandakan kegagalan pertukaran gas yang berat. 

Ini bisa disebabkan oleh V/Q mismatch yang parah, shunt intrapulmoner, atau kelelahan pompa ventilasi, yang semuanya memerlukan intervensi lebih lanjut seperti ventilasi non-invasif atau invasif di rumah sakit.

Selain itu, perubahan status mental seperti penurunan kesadaran, konfusi, atau agitasi pada pasien dengan dispnea akut merupakan tanda hipoksia serebral atau hiperkapnia berat. Ini adalah red flag absolut yang mengindikasikan keparahan kondisi dan potensi ancaman jiwa, sehingga memerlukan rujukan segera dan penanganan yang lebih agresif.

6. Prinsip Manajemen Awal Singkat di Layanan Primer (Sebelum Rujukan)

Setelah diagnosis kerja ditegakkan atau setidaknya kecurigaan kuat mengarah pada salah satu kondisi, dan sebelum pasien dirujuk (jika indikasi rujukan terpenuhi), beberapa tindakan stabilisasi awal dapat dilakukan di layanan primer.

Stabilisasi Awal PPOAK:

Tujuan utama adalah mengurangi bronkokonstriksi dan inflamasi.

  • Oksigenasi Terkontrol: Berikan oksigen melalui nasal kanul atau masker Venturi untuk mencapai target saturasi oksigen (SpO2​) 88-92%. Pemberian oksigen yang berlebihan harus dihindari pada pasien PPOK yang memiliki risiko retensi CO2​ kronis, karena dapat menekan dorongan napas hipoksik (hypoxic drive) dan memperburuk hiperkapnia.

  • Bronkodilator Kerja Cepat: Pemberian agonis beta-2 kerja singkat (SABA) seperti salbutamol, seringkali dikombinasikan dengan antikolinergik kerja singkat seperti ipratropium bromida, melalui nebulizer atau metered-dose inhaler (MDI) dengan spacer.

  • Kortikosteroid Sistemik: Pertimbangkan pemberian kortikosteroid sistemik oral, misalnya prednisolon dengan dosis 30-40 mg per hari, yang biasanya diberikan selama 5-7 hari. Pemberian dini dapat mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko kegagalan terapi.

  • Antibiotik: Pertimbangkan pemberian antibiotik jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri, sesuai dengan kriteria Anthonisen (peningkatan dispnea, peningkatan volume sputum, DAN peningkatan purulensi sputum; atau dua dari tiga gejala tersebut jika salah satunya adalah peningkatan purulensi sputum). Pilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman lokal dan riwayat penggunaan antibiotik pasien.

Stabilisasi Awal EPAK:

Tujuan utama adalah mengurangi preload dan afterload jantung, serta memperbaiki oksigenasi.

  • Posisi Pasien: Posisikan pasien duduk tegak, jika mungkin dengan kaki menggantung, untuk membantu mengurangi venous return ke jantung dan mempermudah pernapasan.

  • Oksigenasi: Berikan oksigen aliran tinggi melalui masker non-rebreathing atau nasal kanul aliran tinggi untuk mencapai target SpO2​ >90-94%. Hindari hiperoksia yang tidak perlu, karena dapat menyebabkan vasokonstriksi koroner.

  • Diuretik Loop: Jika tidak ada hipotensi (tekanan darah sistolik (TDS) >90-100 mmHg) atau tanda-tanda syok, pertimbangkan pemberian diuretik loop intravena (IV), seperti furosemide 20-40 mg IV. Jika pasien sudah rutin mengonsumsi diuretik oral, dosis IV awal bisa setara atau 1.5-2.5 kali dosis oral harian.

  • Vasodilator: Jika TDS >90-100 mmHg dan tidak ada kontraindikasi (seperti penggunaan inhibitor fosfodiesterase-5 dalam 24-48 jam terakhir atau stenosis aorta berat), pertimbangkan pemberian nitrogliserin sublingual (0.4 mg, dapat diulang setiap 5 menit hingga 3 dosis) atau spray. Pemantauan tekanan darah yang ketat sangat penting saat memberikan vasodilator atau diuretik pada EPAK, karena hipotensi dapat memperburuk kondisi secara drastis, terutama jika terdapat preload-dependent state atau syok kardiogenik.

Perbedaan target saturasi oksigen antara PPOAK (88-92%) dan EPAK (>90-94%) merupakan poin penting. Pada PPOAK dengan retensi CO2​ kronis, pusat pernapasan menjadi kurang sensitif terhadap CO2​, dan dorongan napas utama berasal dari hipoksia. 

Pemberian oksigen berlebih dapat menghilangkan dorongan hipoksik ini, menyebabkan hipoventilasi dan perburukan hiperkapnia. Sebaliknya, pada EPAK, tujuan utama adalah mengatasi hipoksemia akibat gangguan difusi oksigen di alveoli yang terisi cairan. Meskipun demikian, saturasi 100% tidak selalu lebih baik dan dapat berisiko vasokonstriksi.

7. Kesimpulan: Pentingnya Pendekatan Sistematis dan Rujukan Tepat Waktu

Membedakan antara PPOK eksaserbasi akut dan edema paru akut kardiogenik merupakan tantangan diagnostik yang signifikan di layanan primer, mengingat kesamaan gejala utama berupa dispnea akut. 

Namun, dengan pendekatan yang sistematis dan terstruktur, dimulai dari anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti, hingga interpretasi bijaksana terhadap pemeriksaan penunjang awal seperti EKG, foto toraks, dan penanda biologis seperti BNP/NT-proBNP, dokter umum dapat meningkatkan akurasi diagnosis secara signifikan.

Pengenalan "red flags" atau tanda bahaya pada kedua kondisi ini adalah krusial. Tanda-tanda seperti hipoksemia refrakter, perubahan status mental, instabilitas hemodinamik, atau respons yang tidak adekuat terhadap terapi awal di layanan primer, harus memicu keputusan rujukan yang cepat dan tepat ke fasilitas kesehatan dengan kapabilitas penanganan yang lebih komprehensif. 

Rujukan yang tepat waktu tidak hanya memperbaiki luaran akut pasien tetapi juga dapat mencegah komplikasi jangka panjang. Perlu ditekankan bahwa diagnosis episode akut bukanlah akhir dari perjalanan penyakit. Baik PPOK maupun gagal jantung (yang mendasari EPAK) adalah kondisi kronis yang memerlukan manajemen berkelanjutan setelah fase akut teratasi. 

Dokter umum memiliki peran sentral dalam memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi penyakit, rencana pengobatan jangka panjang, modifikasi gaya hidup, pengenalan dini tanda-tanda perburukan, dan pentingnya kepatuhan berobat serta kunjungan kontrol teratur. 

Keterlibatan aktif pasien dalam manajemen penyakitnya merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi frekuensi episode akut di masa mendatang. Dengan demikian, algoritma diagnosis yang baik di layanan primer tidak hanya menyelamatkan nyawa dalam kondisi akut tetapi juga menjadi fondasi untuk perawatan kronis yang optimal.

Referensi

  1. The Differential Diagnosis of Dyspnea - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5247680/

  2. Dyspnea Management in Patients Presenting to the Emergency Department at Cantonal Hospital Baselland—A Retrospective Observational Study and Medical Audit - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11856902/

  3. COPD and PE: A clinical dilemma - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2629964/

  4. Acute Heart Failure Management - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5986746/

  5. COPD exacerbations: defining their cause and prevention - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7134993/

  6. Definition, Causes, Pathogenesis, and Consequences of Chronic ..., accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7423341/

  7. Exacerbations of COPD - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10289624/

  8. Acute Exacerbations and Respiratory Failure in Chronic Obstructive Pulmonary Disease - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2645331/

  9. Acute exacerbation of COPD - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7169165/

  10. Antibiotics in acute exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2628820/

  11. Inappropriate Utilization of Antibiotics in COPD Exacerbations - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7752103/

  12. Acute exacerbation of COPD - PMC, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169165/

  13. Cardiogenic Pulmonary Edema in Emergency Medicine - PubMed, accessed May 9, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37887077/

  14. Cardiogenic Pulmonary Edema in Emergency Medicine - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10604083/

  15. Chest Pain - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470557/

  16. Acute Pulmonary Edema and NSTEMI - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10414976/

  17. The Third Heart Sound - Clinical Methods - NCBI Bookshelf, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK342/

  18. Dyspnea - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499965/

  19. Cardiogenic Pulmonary Edema in Emergency Medicine - PMC, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10604083/

  20. Impact of Continuous Positive Airway Pressure on Patient Outcomes in Acute Cardiogenic Pulmonary Edema Within Physician-Led Prehospital Care - PubMed, accessed May 9, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39846700/

  21. Electrocardiographic Abnormalities in Patients With Acute Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8799956/

  22. COPD and PE: A clinical dilemma - PMC, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2629964/

  23. Thoracic Imaging at Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Systematic Review - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7385406/

  24. BNP and NT-proBNP as Diagnostic Biomarkers for Cardiac Dysfunction in Both Clinical and Forensic Medicine - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6515513/

  25. Use of Natriuretic Peptide Assay in Dyspnea - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2696716/

  26. Use of Natriuretic Peptide Assay in Dyspnea - PMC, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2696716/

  27. Gold 2023: Highlights for primary care - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10390461/

  28. Implications of the GOLD COPD Classification and Guidelines - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6375483/

  29. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2023 Report: GOLD Executive Summary - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10111975/

  30. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2023 Report ..., accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10111975/

  31. Acute Pulmonary Embolism: Focus on the Clinical Picture - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5940642/

  32. Anatomy, Thorax, Heart and Pericardial Cavity - StatPearls - NCBI ..., accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482452/

  33. The 2021 Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD) guidelines and the outpatient management: Examining physician adherence and its effects on patient outcome - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11006038/

  34. Medication Regimens for Managing COPD Exacerbations - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6818681/

  35. Corticosteroids in the treatment of acute exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease - PMC, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4014384/

  36. Corticosteroids in the treatment of acute exacerbations of chronic ..., accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4014384/

  37. Medication Regimens for Managing COPD Exacerbations - PMC, accessed May 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6818681/

  38. Managing acute pulmonary oedema - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5408000/

  39. Pulmonary Oedema—Therapeutic Targets - PMC - PubMed Central, accessed May 9, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5491006/