Salah satu masalah yang banyak ditemui sejawat di Puskesmas atau IGD adalah menegakkan diagnosis klinis pasien dengan nyeri dada akut. Sering kali pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati, sulit dibedakan apakah pasien menderita Sindroma Koroner Akut atau Dispepsia.
Salah satu dilema adalah pemberian aspirin. Seperti kita ketahui, salah satu terapi awal pasien sindroma koroner akut adalah pemberian aspirin (baca dulu obat SKA). Namun, pemberian aspirin pada pasien dispepsia sering kali dikhawatirkan dapat menginduksi perdarahan saluran cerna atau memperburuk keluhan klinis pasien.
Sehingga tips untuk membedakan sindroma koroner akut vs dispepsia pada pasien dengan keluhan nyeri dada atau nyeri ulu hati akan bermanfaat untuk praktek sehari-hari. Di bawah ini aku tuliskan kembali tips yang pernah diajarkan dr Ragil, SpJP tentang bagaimana membedakan sindroma koroner akut vs dispepsia fungsional secara klins.
Tips Membedakan Sindroma Koroner Akut vs Dispepsia Fungsional Secara Klinis
"Pada dasarnya memang sulit. Tetapi tetap kembali pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dilanjutkan pemeriksaan penunjang (ECG).
Ini pentingnya anamnesis faktor risiko pada pasien dengan keluhan yang tidak spesifik seperti riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, diabetes, kolesterol, hipertensi, obesitas.
Misal ada pasien nyeri perut perempuan (bukan faktor risiko) umur 24 th (bukan faktor risiko) tanpa diabetes maupun hipertensi, masih menstruasi mengeluhkan nyeri perut. Untuk kasus ini kemungkinan kecil sekali dia Sindroma Koroner Akut. Jadi temen-temen bisa abaikan diagnosis banding Sindroma Koroner Akut.
Misal perempuan (bukan faktor risiko) umur 65 (faktor risiko usia) riwayat diabetes (faktor risiko) mengeluh nyeri ulu hati, hati-hati pada pasien seperti ini kemungkinan sindrom koroner akut masih besar sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti ECG untuk memastikan."
Analisis faktor risiko memang merupakan salah satu faktor penting dalam menegakkan diagnosis klinis Sindroma Koroner Akut. Analisis faktor risiko akan sangat penting ketika kamu ada di Puskesmas daerah terpencil, tanpa ECG dan Cardiac Biomarker. Sering kali rujukan rumah sakit dengan SpJP membutuhkan waktu berhari hari. Analisis faktor risiko bisa sangat membantu kamu menentukan apakah pasien mendapatkan terapi sindroma koroner akut atau tidak.
Untuk tatalaksana sindroma koroner akut yang lebih detail di IGD, kamu bisa baca di Tatalaksana Sindroma Koroner Akut di IGD
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Penjelasan dr Ragil, SpJP yang lebih detail untuk menjawab kasus-kasus yang dihadapi dokter Puskesmas dan IGD juga sudah dirangkum di DVD Sindroma Koroner Akut. Berikut sedikit preview DVD Sindroma Koroner Akut in Daily Practice tentang pentingnya analisis faktor risiko dalam membedakan kelainan Sindroma Koroner Akut vs Dispepsia.
DVD Sindroma Koroner Akut (seri Kardiologi Primer) sudah rilis 20 Juni 2017, dan sudah dimiliki 150++ Dokter di Indonesia. Harganya 156 ribu (belum termasuk ongkos kirim).
Pemesanan via SMS/WA 0856 0808 3342 (YAHYA)