Wanita usia 37 tahun datang dengan keluhan perdarahan per vaginam, didiagnosis sebagai perdarahan uterus disfungsional. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) 7 g/dL, MCV 64 fl dan kadar ferritin serum 4 ng/mL. Hapusan darah tepi didapatkan gambaran anisositosis dan poikilositosis.
Dari heteroanamnesis, didapatkan informasi bahwa pasien tersebut memiliki kebiasaan makan karet gelang 3-4 buah per hari, terutama yang berwarna krem.
Apa pemeriksaan diagnostik yang sejawat usulkan untuk menunjang diagnostik?
A. Liver Function Test (LFT)
B. Total Iron Binding Capacity (TIBC)
C. Coomb Test
D. Kadar Enzim G6PD
E. TSH
Jawaban: B
Note: Kasus diatas pernah dilaporkan dalam sebuah artikel case series di Journal of Medical Case Report.
Pada pasien anemia yang tidak dalam kondisi gawat darurat, pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count) adalah modalitas diagnostik penunjang utama setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat. Hasil pemeriksaan darah lengkap akan menunjukkan nilai kadar hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT) dan Mean Corpuscular Volume (MCV).
Nilai Hb dan HCT penting untuk mengetahui keparahan anemia, pasien dengan Hb<5 g/dL membutuhkan perhatian yang lebih ketat. Nilai Hb memberikan kita panduan apakah pasien membutuhkan transfusi atau cukup dengan perawatan konservatif. Sedangkan nilai HCT dapat memberikan gambaran rasio jumlah sel darah merah terhadap volume darah. Namun, pada anemia karena delusi cairan, nilai Hb dan HCT tidak akurat dalam menggambarkan keparahan anemia.
Nilai MCV adalah nilai yang penting untuk diperhatikan saat menemui pasien anemia. Nilai MCV membantu kita mengklasifikasi apakah anemia tersebut tergolong dalam kelompok anemia mikrositik, normositik atau makrositik. Setelah mengetahui jenis anemia berdasar morfologi sel darah merah, langkah selanjutnya adalah melakukan work up untuk mendiagnosis penyebab anemia.
Anemia dengan Gejala Pika
Sejawat tentu sudah tidak asing dengan istilah "pika". Pika adalah suatu gejala yang lazim ditemui pada anak dengan anemia karena defisiensi zat besi. Pika sendiri adalah sebuah gejala suka makan makanan yang tidak memiliki kadar gizi, contohnya kertas, tanah, karet gelang dan sebagainya.
Ketika menemui pasien dengan tanda klinis anemia dan pika, jangan ragu untuk mencurigai sebagai kasus anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi memiliki morfologi sel darah merah dengan MCV < 80 fL (Anemia Mikrositik). Beberapa work up yang perlu dilakukan pada pasien suspect anemia defisiensi besi adalah serum iron studies, yaitu pemeriksaan kadar zat besi dalam serum.
Serum iron studies dilakukan denngan melakukan pemeriksaan kadar zat besi dalam darah, kadar ferritin dan Total Iron Binding Capacity (TIBC). Serum iron studies, penting dilakukan untuk membedakan anemia defisiensi besi dengan diagnosis banding lain yang mungkin yaitu thalasemia dan anemia karena penyakit kronik.
Anemia defisiensi besi ditandai dengan kadar zat besi dalam darah dan ferritin yang rendah namun memiliki nilai TIBC yang tinggi. Sedangkan pada anemia karena penyakit kronik, kadar zat besi dalam darah, ferritin dan TIBC cenderung rendah. Pasien anemia dengan thalasemia biasanya memiliki karakteristik penyakit yang lebih jelas, misalnya dapat ditemukan splenomegali, deformitas tulang di wajah dan sindoma iron overload. Nilai Mentzer index (rasio MCV dan jumlah Sel Darah Merah) juga dapat membantu membedakan anemia defisiensi besi dengan thalasemia beta.
Semoga bermanfaat.