Webinar SKP Kemenkes: Strategi Tepat Tatalaksana Kasus Eklampsia

8 Nov 2025 • SKP

Deskripsi

Webinar SKP Kemenkes: Strategi Tepat Tatalaksana Kasus Eklampsia

Pendahuluan

Eklampsia merupakan salah satu komplikasi paling berat dari preeklampsia yang ditandai dengan timbulnya kejang tonik-klonik pada wanita hamil, bersalin, atau nifas tanpa adanya penyebab neurologis lain. Meskipun insidensnya menurun dengan kemajuan antenatal care dan penggunaan magnesium sulfat (MgSO₄), eklampsia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu di negara berkembang.

Secara global, eklampsia diperkirakan menyebabkan sekitar 50.000–70.000 kematian ibu per tahun, terutama akibat keterlambatan diagnosis, terapi antikejang yang tidak optimal, serta manajemen cairan yang tidak tepat (Cureus, 2021; BJOG, 2023). Oleh karena itu, strategi tatalaksana yang tepat dan komprehensif sangat diperlukan agar luaran maternal dan neonatal dapat optimal.

Artikel ini mengulas secara sistematis strategi terbaru dalam tatalaksana eklampsia berdasarkan literatur terkini, meliputi pilihan terapi kejang, penanganan HELLP syndrome, manajemen cairan, pembaruan panduan MgSO₄, serta diagnosis dan tatalaksana eklampsia postpartum.

a. Pilihan Terapi Kejang pada Kasus Eklampsia

Kejang eklampsia disebabkan oleh disregulasi serebrovaskular dan edema vasogenik yang memicu hiperperfusi otak. Tujuan terapi kejang adalah menghentikan kejang secepatnya, mencegah kekambuhan, dan menjaga perfusi serebral.

1. Magnesium Sulfat sebagai Lini Utama

MgSO₄ tetap menjadi obat lini pertama yang direkomendasikan oleh WHO dan FIGO. Studi dari BJOG (2023) dan ScienceDirect (2020) menunjukkan bahwa MgSO₄ menurunkan risiko kejang ulang sebesar 50–60% dibandingkan diazepam atau fenitoin. Regimen yang umum digunakan meliputi:

  • Regimen Pritchard: loading dose 4 g intravena + 10 g intramuskular (masing-masing 5 g pada bokong kanan dan kiri), diikuti 5 g IM tiap 4 jam.

  • Regimen Zuspan: 4 g IV bolus diikuti dengan infus kontinu 1–2 g/jam.

2. Alternatif Bila MgSO₄ Tidak Tersedia

Bila magnesium tidak dapat digunakan (misal gangguan ginjal berat), alternatifnya adalah:

  • Diazepam: 10 mg IV perlahan, diulang bila perlu.

  • Fenitoin: 15–20 mg/kg IV.
    Namun efektivitas keduanya lebih rendah dan efek samping depresi napas lebih tinggi.

3. Terapi Penunjang

  • Oksigenasi dan posisi lateral kiri untuk memperbaiki aliran uteroplasenta.

  • Antihipertensi cepat kerja (labetalol, hidralazin, atau nifedipin) bila tekanan darah >160/110 mmHg.

  • Pemantauan fungsi ginjal dan respirasi untuk mencegah toksisitas MgSO₄.

b. Tatalaksana Komprehensif HELLP Syndrome dengan Eklampsia

HELLP syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Count) sering muncul bersamaan dengan eklampsia dan memperburuk prognosis. Insidensnya mencapai 10–20% pada pasien eklampsia berat (Springer, 2025).

1. Prinsip Umum

Penatalaksanaan HELLP dengan eklampsia bersifat multidisiplin yang mencakup stabilisasi hemodinamik, kontrol kejang, dan terminasi kehamilan bila janin viable.

2. Terapi Spesifik

  • Kortikosteroid dosis tinggi (dexametason 10 mg/12 jam) terbukti mempercepat perbaikan trombosit dan enzim hati.

  • Transfusi trombosit bila <50.000/mm³ dan diperlukan tindakan obstetrik.

  • Kontrol tekanan darah dengan target <150/100 mmHg.

  • Terminasi kehamilan merupakan terapi definitif. Pada usia kehamilan ≥34 minggu atau adanya ancaman nyawa, segera dilakukan terminasi setelah kondisi stabil.

3. Komplikasi dan Pencegahan

Komplikasi utama meliputi perdarahan postpartum, DIC, dan gagal hati. Manajemen yang cepat dan koordinatif antara obstetri, anestesi, dan ICU sangat menentukan luaran.

c. Terapi dan Monitoring Cairan dalam Tatalaksana Kasus Eklampsia

Manajemen cairan merupakan tantangan besar karena eklampsia melibatkan disfungsi endotel yang menyebabkan kebocoran kapiler dan risiko edema paru.

1. Prinsip Umum

Target terapi cairan adalah menjaga perfusi organ tanpa menimbulkan overload.
Penelitian dari Scielo Brazil (2022) menekankan pentingnya pengawasan ketat keseimbangan cairan, terutama bila pasien menerima MgSO₄ atau memiliki oliguria.

2. Panduan Praktis

  • Asupan cairan total tidak melebihi 80 mL/jam atau 1 mL/kgBB/jam.

  • Gunakan crystalloids (Ringer laktat) sebagai pilihan utama.

  • Hindari cairan kolloid kecuali terdapat indikasi khusus (hipoalbuminemia berat).

  • Pemantauan: output urin, CVP bila tersedia, serta evaluasi paru dengan USG.

3. Manajemen Edema Paru

Apabila terjadi sesak, ronkhi basah, atau saturasi O₂ <92%:

  • Hentikan cairan segera.

  • Berikan diuretik (furosemid 20–40 mg IV).

  • Oksigenasi dan, bila perlu, ventilasi non-invasif.

d. Update Terkini Panduan Penggunaan MgSO₄ pada Pre-Eklampsia dan Eklampsia

Menurut (2023) dan ScienceDirect (2020), pembaruan panduan WHO dan FIGO menekankan:

  1. Indikasi lebih luas: MgSO₄ dapat diberikan pada pre-eklampsia berat dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg atau gejala prodromal (sakit kepala, pandangan kabur, epigastric pain).

  2. Pemantauan klinis lebih penting daripada kadar serum.
    Tanda toksisitas: refleks patella menghilang, RR <12/menit, atau urin <25 mL/jam.

  3. Durasi terapi: dilanjutkan selama 24 jam setelah kejang terakhir atau setelah persalinan, mana yang lebih lambat.

  4. Antidotum: kalsium glukonat 10% sebanyak 10 mL IV diberikan bila terjadi depresi napas.

Selain itu, beberapa studi terbaru menunjukkan MgSO₄ juga memiliki efek neuroprotektif pada janin prematur, sehingga memberikan keuntungan ganda bagi ibu dan bayi.

e. Diagnosis dan Strategi Tatalaksana Late Post-Partum Eclampsia

1. Definisi dan Epidemiologi

Late postpartum eclampsia adalah kejang yang terjadi lebih dari 48 jam hingga 4 minggu setelah persalinan. Angka kejadian meningkat seiring tren perawatan singkat pascapersalinan (Cureus, 2021).

2. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila pasien postpartum mengalami kejang tanpa penyebab neurologis lain, disertai:

  • Hipertensi baru (>140/90 mmHg)

  • Proteinuria, atau gejala prodromal preeklampsia
    Pemeriksaan tambahan: CT-scan otak (menyingkirkan stroke), fungsi hati, ginjal, dan koagulasi.

3. Tatalaksana

  • MgSO₄ IV/IM tetap menjadi pilihan utama.

  • Kontrol tekanan darah dengan labetalol atau nifedipin oral.

  • Evaluasi cairan ketat, hindari overload.

  • Observasi di rumah sakit minimal 48 jam setelah kejang pertama.

4. Pencegahan Kekambuhan

Edukasi pasien postpartum mengenai tanda bahaya sangat penting. Kunjungan follow-up 1 minggu setelah pulang perlu dilakukan untuk memantau tekanan darah dan fungsi organ.

Kesimpulan

Eklampsia merupakan keadaan gawat darurat obstetri yang membutuhkan intervensi cepat, terkoordinasi, dan berbasis bukti. MgSO₄ tetap menjadi standar emas, namun keberhasilan tatalaksana sangat bergantung pada deteksi dini, manajemen cairan yang cermat, serta pendekatan multidisiplin terutama pada kasus dengan HELLP syndrome atau eklampsia postpartum.
Pembaruan panduan internasional menekankan pentingnya individualisasi terapi dan monitoring klinis yang ketat agar keselamatan ibu dan bayi dapat terjamin.

Daftar Pustaka

  1. Eclampsia: Current Understanding and Management Strategies. 2023. https:// . .nlm.nih.gov/articles/ 10566307/

  2. Springer. Comprehensive management of HELLP syndrome associated with eclampsia. BMC Pregnancy and Childbirth. 2025. https://link.springer.com/content/pdf/10.1186/s12884-025-08008-x.pdf

  3. Scielo Brazil. Fluid therapy and hemodynamic monitoring in severe preeclampsia and eclampsia. Brazilian Journal of Anesthesiology. 2022. https://www.scielo.br/j/bja/a/wkGZWv4vpX6KkVZVQdcjY3q/

  4. Cureus. Eclampsia: Review of Current Evidence and Emerging Concepts. 2021. https://assets.cureus.com/uploads/review_article/pdf/65999/20210920-4032-1sfqods.pdf

  5. BJOG. Magnesium sulphate for prevention and treatment of eclampsia: Updated evidence. 2023. https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/1471-0528.16913

  6. ScienceDirect. Management of eclampsia and severe pre-eclampsia: Recent updates. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2020. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937820312011

  7. Taylor & Francis. Emerging concepts in hypertensive disorders of pregnancy. J Matern Fetal Neonatal Med. 2020. https://doi.org/10.1080/14767058.2020.1776251