21 Oct 2016 • Internal Medicine
Pasien henti jantung adalah "mimpi buruk" bagian sebagian besar dokter Instalasi Gawat Darurat. Kemungkinan keberhasilan jantung pasien "berdetak spontan kembali" tidak lebih dari 10%. Namun, dengan Adult Cardiac Life Support yang baik, angka keberhasilan bisa naik sampai 50%.
Pasien henti jantung, ditinjau dari ritme jantungnya dibagi menjadi shocakable (Ventricular Tachycardia/Ventricuar Fibrillation) dan non-shockable (Asystole/PEA). Jika shockable, pasien sebaiknya segera dilakukan defibrilasi, diikuti RJP sesuai algoritma. Obat-obatan seperti epinefrin dipertimbangkan diberikan.
Takikardia vetrikel memang adalah penyebab utama mortalitas pasien miokard infark. Namun, salah satu kondisi henti jantung yang banyak didapatkan pada pasien dengan healed Miocardial Infarction adalah Takikardia Ventrikel (3%-5%).
Takikardi Ventrikel adalah takikardi dengan kompleks QRS yang lebar yang berasal dari ventrikel, disebabkan oleh re-entry, triggered activity, atau automaticity. Pada takikardi ventrikel terdapat tiga atau lebih Prematur Ventricular Contraction (PVC) atau Ventrikular Extrasystoles (VES) dengan laju lebih dari 120 kali per menit.
Pasien takikardia ventrikel sering datang dengan penurunan kesadaran tiba-tiba, disertai henti nafas, dan tidak ada denyut nadi.
EKG adalah modalitas diagnostik penting untuk membedaka VT dan VF. Gambaran EKG takikardia ventrikel menunjukkan disosiasi atrioventrikular, kompleks QRS yang lebar (> 0,16 detik), perubahan aksis, kompleks QRS 90-180 kali/menit, capture beat, dan fusion beat, dengan morfologi: monomorfik atau polimorfik
Pada keadaan VT dengan tidak adanya denyut nadi (pulseless VT) penanganan harus cepat dengan protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku meliputi
Tatalaksana utama pada Pulseless VT adalah dengan defibrilasi. Defibrilasi non-synchronized menggunakan energy 360 Joule dengan gelombang monofasik dan 120-200 Joule dengan gelombang bifasik.
Setelah dilakukan defibrilasi, segera lakukan kembali RJP sebanyak 5 siklus pada pasien. RJP (30 kompresi dada:2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum dipasang advanced airway (ETT).
Jika pada pasien telah terpasang advanced airway, berikan ventilasi 8-10 kali/menit sambil terus melakukan kompresi dada 100 kali/menit. RJP terus dilakukan Selama resusitasi, kecuali pada waktu analisis irama jantung, defibrilasi, dan penilaian sirkulasi.
Setelah 5 siklus RJP, cek irama jantung pasien (shockable atau tidak shockable), selanjutnya tatalaksana sesuai temuan. Pertimbangkan pemberian obat selama dilakukannya RJP. Perlu dicari faktor penyebab yang dapat dikoreksi seperti iskemia, gangguan elektrolit, hipotensi, asidosis.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Ini lho, buku paling dicari dokter IGD. 200 Eksemplar terjual kurang dari 1 minggu. Mau pesan?
Langsung saja klik link https://goo.gl/5kYVEz
Jika ada kesulitan jangan sungkan kontak admin DokterPost.com ya^^
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟