9 Jan 2017 • Internal Medicine
Krisis Hipertensi adalah sebuah sindroma klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada pendertia hipertensi:
Yang dimaksud target organ disini adalah
Sindroma klinis krisis hipertensi meliputi:
Secara umum, yang perlu diketahui dokter jaga IGD atau dokter praktek adalah bagaimana membedakan hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Karena akan berimplikasi pada agresivitas terapi yang perlu diberikan. Hipertensi akselerasi dan hipertensi maligna sering digunakan untuk menggambarkan keadaan khusus pada hipertensi urgensi.
Proses triase krisis hipertensi adalah proses klinik yang penting untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan suatu krisis hipertensi: termasuk hipertensi emergensi atau urgensi.
Manifestasi klinis krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah mendadak sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg. Jika ditemukan ada kerusakan target organ (+) maka pasien masuk dalam kategori hipertensi emergensi yang harus ditatalaksana secara agresif. Namun, jika tidak didapatkan kerusakan target organ, maka pasien masuk dalam kategori hipertensi urgensi.
Yang tergolong dalam kerusakan target organ yang bersifat progresif di antaranya adalah
Namun, sering kali keterbatasan sarana dan prasana di IGD atau tempat praktek akan menyulitkan proses triase. Sehingga, prinsipnya pikirkan kemungkinan pasien dengan TDS > 180 mmHg dan TDD > 120 mm Hg menderita hipertensi emergensi sampai kamu berhasil menyingkirkan semua kemungkinan kerusakan target organ.
Sebuah kasus menarik yang pernah didapat adalah seorang pasien dengan TDS 200 mmHg dan TDD 130 mmHg. Pasien mengeluh mual muntah, awalnya tidak ada kecurigaan pasien menderita kerusakan target organ. Awalnya pasien didiagnosis sebagai hipertensi urgensi.
Namun, karena khawatir, pasien dirujuk ke bagian neurologi. Dan ternyata dokter SpS mendiagnosis telah terjadi perdarahan intrakranial. Diagnosis pun berubah menjadi hipertensi emergensi.
Selain ditanyakan mengenai etiologi hipertensi pada umumnya, perlu juga ditanyakan gejala-gejala kerusakan target organ seperti:
Beberapa pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan target organ
Hipertensi urgensi dapat diterapi rawat jalan dengan anti-hipertensi oral. Terapi ini meliputi penurunan TD dalam 24-48 jam. Penurunan TD tidak boleh lebih dari 25% dalam 24 jam pertama. Terapi lini pertama dapat diberikan Captopril 25 mg per oral atau sublingual.
Rentang dosis yang dapat diberikan 6.25 mg-50 mg. Captopril bekerja cepat 15-30 menit (durasi kerja 6-8 jam) bila diminum per oral, dan 10-20 menit (durasi kerja 26 jam) bila diminum sublingual.
Pada sebagian besar hipertensi emergensi, tujuan terapi parenteral dan penurunan mean arterial pressure (MAP) secara bertahap (tidak lebih dari 25% dalam beberapa menit sampai 1 jam).
Aturannya adalah menurunkan arterial pressure yang meningkat sebanyak 10% dalam 1 jam pertama, dan tambahan 15% dalam 3-12 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 2-6 jam sampai tekanan darah 160/110 mmHg selanjutnya sampai mendekati normal.
TD dapat diturunkan lebih lanjut dalam 48 jam berikutnya. Pengecualian untuk aturan ini antara lain pada diseksi aorta dan perdarahan pasca operasi dari TD secepatnya. Pada sebagian besar kasus, koreksi cepat tidak diperlukan karena pasien berisiko untuk perburukan serebral, jantung dan iskemi ginjal.
Obat anti-hipertensi intravena pilihan adalah Nitroprusside IV dengan panduan dosis sebagai berikut
Pada hipertensi kronis, autoregulasi serebral diset pada TD uang lebih tinggi daripada normal. Penyesuaian kompensasi ini untuk mencegah overperfusi jaringan (peningkatan TIK) pada TD sangat tinggi, namun juga underperfusion (iskemi serebral) apabila TD diturunkan terlalu cepat. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, penurunan TD diastolik terlalu cepat di ICU dapat memicu iskemik miokard akut atau infark.
Tatalaksana hipertensi emergensi pada kasus kerusakan target organ khusus dapat sejawat pelajari lebih lanjut di buku Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan PAPDI
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Bocoran aja, salah satu kepentingan klinis belajar RBBB vs LBBB adalah kalau kamu ketemu pasien nyeri dada spesifik dengan gambaran EKG LBBB, kamu mesti curiga banget dia infark miokard akut, meskipun kamu nggan nemu ST Elevasi, ST Depresi atau T Inversi.
Kalau kayak gitu, kamu perlu assess LBBB-nya itu new atau old (Pakai Sgarbossa Criteria). Kalau New, kamu segera konsul SpJP deh buat memastikan, dan kalau perlu dirujuk aja ke SpJP-nya
Supaya kamu makin mahir menangani kasus Infark Miokard Akut, aku rekomendasikan DVD Sindroma Koroner Akut dari dr Ragil, SpJP.
Hari ini adalah waktu yang pas banget buat order via Yahya karena setiap pembelian DVD Sindroma Koroner Akut dan DVD Cardiac Prevention (312 ribu) via Yahya, kamu akan dapat bonus
DVD Cardiac Emergency (Review singkat ACLS dengan Metode Pembahasan Kasus yang Menarik)
Ebook Diagnosis Decomp Cordis
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Akut
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
DVD Kumpulan Poster Prolanis (Bisa kamu cetak sendiri buat Puskesmas atau Rumah Sakitmu)
Mau pesan? SMS/WA saja ke 0856 0808 3342 (YAHYA)
Bisa juga WA Yahya via klik link order ini
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟