Panduan Klinis: Diagnosis dan Terapi Orchitis Bakterial pada Dewasa

27 Nov 2025 • urologi

Deskripsi

Panduan Klinis: Diagnosis dan Terapi Orchitis Bakterial pada Dewasa

Pendahuluan: Memahami Spektrum Klinis dan Patofisiologi Orchitis

Orchitis, atau inflamasi pada testis, merupakan salah satu penyebab skrotum akut yang sering ditemui di praktik dokter umum. Meskipun secara definisi orchitis adalah radang pada testis, kasus terisolasi sangat jarang terjadi. 

Secara klinis, kondisi ini hampir selalu disertai dengan inflamasi pada epididimis, sehingga terminologi yang lebih akurat adalah epididimo-orchitis (EO). Pemahaman ini penting karena mengarahkan alur pikir diagnostik pada epididimis sebagai sumber utama infeksi pada mayoritas kasus bakterial.

Penyebaran infeksi ke testis umumnya melalui dua jalur utama. Pertama, penyebaran hematogen (melalui darah), yang khas untuk orchitis viral seperti akibat virus Mumps. Kedua, penyebaran asenden, di mana patogen bermigrasi dari uretra atau kandung kemih ke epididimis lalu ke testis, yang merupakan mekanisme utama pada epididimo-orchitis bakterial. 

Jalur asenden inilah yang menjadi dasar stratifikasi risiko dan pemilihan terapi antibiotik empiris. Artikel ini akan berfokus secara spesifik pada diagnosis dan tatalaksana orchitis bakterial non-mumps pada pria dewasa, yang memerlukan terapi antibiotik, sementara orchitis viral dikelola secara suportif.

Diagnosis Kunci: Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Diferensiasi dari Torsio Testis

Pendekatan diagnostik pada pasien dengan skrotum akut harus sistematis dan cepat, dengan prioritas utama menyingkirkan kegawatdaruratan urologi.

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Terarah

Anamnesis yang cermat adalah langkah pertama untuk membedakan etiologi. Orchitis biasanya memiliki onset nyeri yang gradual selama beberapa hari, sering disertai demam, menggigil, dan malaise. Sebaliknya, torsio testis ditandai dengan nyeri hebat yang onsetnya mendadak dan akut. Penting untuk menggali faktor risiko:

  • Risiko Infeksi Menular Seksual (IMS): Pada pria usia <35 tahun atau yang memiliki praktik seksual berisiko (misalnya, pasangan baru atau multipel, tanpa kondom), kecurigaan utama adalah patogen IMS seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.

  • Risiko Uropatogen Enterik: Pada pria usia >35 tahun, atau yang memiliki riwayat instrumentasi urologi atau obstruksi saluran kemih (misalnya, benign prostatic hyperplasia / BPH), patogen penyebab tersering adalah bakteri enterik seperti Escherichia coli.

Pada pemeriksaan fisik, temuan klasik epididimo-orchitis adalah pembengkakan dan nyeri tekan pada testis dan/atau epididimis, dengan kulit skrotum yang mungkin eritema dan edema. Dua tanda klinis sangat penting untuk diperhatikan:

  1. Refleks Kremaster: Refleks ini normal atau intak pada orchitis. Ini adalah pembeda klinis paling reliabel dari torsio testis, di mana refleks ini umumnya absen.

  2. Prehn's Sign: Meredanya nyeri saat skrotum dielevasi. Tanda ini secara klasik positif pada epididimitis, namun tidak dapat diandalkan secara klinis dan tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk menyingkirkan torsio.

Diagnosis Banding Kritis: Menyingkirkan Torsio Testis

Torsio testis adalah diagnosis banding yang paling sering terlewatkan pada kasus epididimitis dan merupakan kegawatdaruratan bedah dengan prinsip "time-is-testis". Penyelamatan testis sangat bergantung pada intervensi dalam 4-6 jam pertama. Oleh karena itu, setiap kecurigaan klinis terhadap torsio testis memerlukan rujukan darurat ke spesialis urologi segera, bahkan jika harus menunda pemeriksaan pencitraan.

Tabel 1: Perbandingan Klinis Kunci: Epididimo-Orchitis vs. Torsio Testis


Fitur

Epididimo-Orchitis

Torsio Testis

Onset Nyeri

Gradual (beberapa jam hingga hari)

Akut, hebat, mendadak

Gejala Penyerta

Sering disertai demam, disuria, urethral discharge

Mual/muntah lebih dominan; demam jarang

Refleks Kremaster

Normal / Intak

Absen

Posisi Testis

Posisi anatomis normal

Seringkali posisi tinggi (high-riding) dan horizontal (transverse lie)

USG Color Doppler

Aliran darah meningkat (hiperemia)

Aliran darah menurun atau absen


Peran Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mengidentifikasi patogen dan mengkonfirmasi diagnosis, terutama setelah torsio testis disingkirkan.

  • Laboratorium: Pengambilan sampel harus dilakukan sebelum memulai antibiotik.

  • Urinalisis dan Kultur Urin: Wajib untuk mendeteksi piuria dan bakteriuria, terutama pada pasien dengan risiko patogen enterik.

  • Tes Amplifikasi Asam Nukleat (NAAT): Merupakan standar untuk mendeteksi C. trachomatis dan N. gonorrhoeae dari sampel urin porsi awal atau swab uretra pada pasien dengan risiko IMS.

  • USG Color Doppler: Ini adalah modalitas pencitraan pilihan. Peran utamanya adalah untuk menyingkirkan torsio testis dengan menunjukkan adanya aliran darah ke testis. Pada epididimo-orchitis, USG akan menunjukkan pembesaran epididimis dan/atau testis dengan peningkatan aliran darah hipervaskularisasi). USG juga dapat mengidentifikasi komplikasi seperti abses atau hidrokel reaktif.

Gambar 1. USG menunjukkan peningkatan vaskularisasi arterial pada kasus epididimo-orchitis

Pilihan Terapi dan Dosis Obat Orchitis: Pendekatan Berbasis Bukti

Terapi harus dimulai secara empiris segera setelah diagnosis klinis ditegakkan, berdasarkan stratifikasi risiko pasien.

Terapi untuk Pasien Risiko IMS (Usia <35 Tahun atau Praktik Seksual Berisiko)

Terapi ini menargetkan N. gonorrhoeae dan C. trachomatis. Pedoman terbaru dari CDC (2021) merekomendasikan regimen dual terapi berikut :

  • Ceftriaxone 500 mg Injeksi Intramuskular (IM), dosis tunggal.

  • Catatan: Dosis dinaikkan menjadi 1 g IM jika berat badan pasien ≥150 kg.

  • DITAMBAH

  • Doxycycline 100 mg per oral, dua kali sehari, selama 10 hari.

Regimen ini merupakan pembaruan dari pedoman sebelumnya. Penggantian azithromycin dengan doxycycline dan peningkatan dosis ceftriaxone didasarkan pada data peningkatan resistensi N. gonorrhoeae dan prinsip antimicrobial stewardship.

Terapi untuk Pasien Risiko Rendah IMS (Usia >35 Tahun)

Terapi ini menargetkan bakteri enterik (uropatogen), terutama E. coli.

  • Rekomendasi Lini Pertama: Golongan Fluoroquinolone.

  • Levofloxacin 500 mg per oral, sekali sehari, selama 10 hari.

  • ATAU Ofloxacin 300 mg per oral, dua kali sehari, selama 10 hari.

  • Peringatan Klinis Penting: Terdapat laporan peningkatan resistensi E. coli terhadap fluoroquinolone di banyak wilayah. Jika data antibiogram lokal menunjukkan tingkat resistensi tinggi, atau jika pasien tidak merespons terapi awal, pertimbangkan alternatif berdasarkan hasil kultur urin.
    Trimethoprim-sulfamethoxazole adalah opsi lain, namun tingkat resistensinya juga perlu dipertimbangkan.

Terapi Suportif

Terapi suportif adalah pilar manajemen yang tidak boleh diabaikan dan berlaku untuk semua pasien. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan inflamasi, serta mempercepat pemulihan.

  • Istirahat total (bed rest).

  • Elevasi skrotum (menggunakan penyangga skrotum atau gulungan handuk) untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik.

  • Kompres dingin (es) pada area skrotum.

  • Analgesik, seperti obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).

Komplikasi, Tindak Lanjut, dan Alur Rujukan

Sebagian besar kasus sembuh total dengan terapi yang tepat. Namun, kegagalan respons dalam 48-72 jam pertama harus meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi.

Komplikasi Potensial

  • Abses skrotum/testis: Memerlukan drainase bedah.

  • Infark dan nekrosis testis: Dapat menyebabkan kehilangan testis (orchiectomy).

  • Atrofi testis: Pengerutan testis pasca-infeksi.

  • Infertilitas atau subfertilitas: Terutama jika infeksi bilateral atau parah.

  • Nyeri skrotum kronis (orchialgia): Nyeri yang menetap >3 bulan.

Kapan Merujuk ke Spesialis Urologi?

  • Rujukan DARURAT (UGD):

  • Setiap kecurigaan torsio testis.

  • Pasien dengan tanda-tanda sepsis.

  • Abses teridentifikasi pada USG.

  • Kegagalan terapi rawat jalan (tidak ada perbaikan dalam 48-72 jam).

  • Rujukan Elektif (Poliklinik):

  • Epididimo-orchitis rekuren (berulang).

  • Pria usia >35 tahun setelah episode pertama sembuh, untuk evaluasi kemungkinan BPH atau obstruksi lainnya.

  • Adanya atrofi testis atau nyeri kronis pasca-infeksi.

  • Teraba massa pada testis setelah inflamasi mereda.

Kesimpulan: Poin Kunci untuk Praktik Sehari-hari

Manajemen epididimo-orchitis bakterial di layanan primer memerlukan pendekatan yang cepat, akurat, dan berbasis bukti.

  1. Pikirkan Torsio Terlebih Dahulu: Prioritas utama pada setiap kasus skrotum akut adalah menyingkirkan torsio testis. Refleks kremaster yang absen adalah tanda bahaya.

  2. Stratifikasi Risiko: Gunakan usia dan riwayat seksual untuk memandu pilihan antibiotik empiris yang rasional.

  3. Gunakan Dosis Obat Orchitis yang Tepat: Untuk risiko IMS, gunakan regimen Ceftriaxone 500 mg IM + Doxycycline 100 mg 2x1 selama 10 hari. Untuk risiko enterik, Levofloxacin adalah lini pertama, namun waspadai potensi resistensi lokal.

  4. Edukasi Pasien: Tekankan pentingnya kepatuhan terapi antibiotik, terapi suportif, praktik seks yang aman, dan pengobatan pasangan (jika relevan) untuk mencegah komplikasi dan reinfeksi.

  5. Kenali Batasan: Ketahui kapan harus merujuk pasien ke spesialis urologi, baik secara darurat maupun elektif, untuk memastikan luaran klinis yang optimal dan mencegah morbiditas jangka panjang.

Referensi

  1. StatPearls Publishing (n.d.) Orchitis – StatPearls – NCBI Bookshelf. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553165/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  2. StatPearls Publishing (n.d.) Epididymitis – StatPearls – NCBI Bookshelf. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430814/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  3. PubMed (n.d.) Managing epididymo-orchitis in general practice. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23724748/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  4. PubMed (n.d.) Epididymitis, orchitis, and related conditions. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6390741/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  5. PubMed Central (n.d.) Acute epididymo-orchitis: staging and treatment. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3921787/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  6. American Academy of Family Physicians (2009) Epididymitis and Orchitis: An Overview. Tersedia pada: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2009/0401/p583.html/1000 (Diakses: 19 Juli 2025).

  7. PubMed (n.d.) Epididymitis: An Overview. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27929243/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  8. PubMed (n.d.) Epididymo-orchitis caused by enteric organisms in men > 35 years old: beyond fluoroquinolones. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29450767/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  9. StatPearls Publishing (n.d.) Acute Scrotum Pain (Nursing) – StatPearls. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568680/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  10. PubMed (n.d.) Diagnosis and therapy of acute prostatitis, epididymitis and orchitis. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18336454/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  11. PubMed Central (n.d.) Gonococcal epididymo-orchitis in an octogenarian. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7427432/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  12. PubMed (n.d.) Mumps epididymo-orchitis: sonography and color Doppler sonographic findings. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10823460/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  13. PubMed Central (n.d.) Testicular necrosis as a complication of severe epididymo-orchitis: a case report. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9463755/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  14. PubMed Central (2020) Update to CDC's Treatment Guidelines for Gonococcal Infection, 2020. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7745960/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  15. PubMed (2020) Update to CDC's Treatment Guidelines for Gonococcal Infection, 2020. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33332296/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  16. PubMed (2022) Management of Neisseria gonorrhoeae in the United States: Summary of Evidence From the Development of the 2020 Gonorrhea Treatment Recommendations and the 2021 CDC STI Treatment Guidelines. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35416971/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  17. American Academy of Family Physicians (2009) Epididymitis and Orchitis: An Overview. Tersedia pada: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2009/0401/p583.html (Diakses: 19 Juli 2025).

  18. PubMed Central (n.d.) The aetiology and current management of prepubertal epididymitis. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4474044/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  19. PubMed (n.d.) Testicular loss following bacterial epididymo-orchitis: Case report and literature review. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25844104/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  20. PubMed Central (n.d.) Mumps orchitis. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1633545/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  21. Mayo Clinic (n.d.) Orchitis – Symptoms and causes. Tersedia pada: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/orchitis/symptoms-causes/syc-20375860 (Diakses: 19 Juli 2025).

  22. PubMed (n.d.) Testicular function after unilateral bacterial epididymo-orchitis. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1855525/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  23. StatPearls Publishing (n.d.) Chronic Testicular Pain and Orchalgia – StatPearls. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482481/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  24. PubMed (n.d.) Epididymitis: a 21-year retrospective review of presentations to an outpatient urology clinic. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24735936/ (Diakses: 19 Juli 2025).

  25. PubMed Central (n.d.) The Implementation of European Association of Urology Guidelines in the Management of Acute Epididymo-Orchitis. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2173191/ (Diakses: 19 Juli 2025).