9 Nov 2017 • Internal Medicine
Dermatitis Atopik (DA) adalah salah satu penyakit kulit yang paling banyak membawa pasien ke tempat praktek (puskesmas atau klinik). Secara singkat, diagnosis dan terapi dermatitis atopik di Puskesmas telah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Artikel ini akan fokus membahas dermatitis atopik dari sisi tatalaksana saja. Sebagian besar materi artikel ini merujuk pada Buku Dermatitis Atopik: Diagnosis dan Tatalaksana Terkini.
Manifestasi klinis dermatitis atopik sering kali bervariasi. Diagnosis pun sering kali bersifat subjektif. Namun, sebenarnya kita bisa menggunakan kriteria diagnosis Hanifin dan Rajka atau kriteria Williams (menyederhanakan kriteria diagnosis Hanifin dan Rajka) sebagai panduan untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik di puskesmas.
Setelah diagnosis ditegakkan, tentu selanjutnya perlu difokuskan pada terapi. Dermatitis atopik ini adalah penyakit yang cukup menantang. Tidak jarang pasien yang tidak puas, pindah-pindah dokter karena tidak sembuh. Sederhananya, penyakit dermatitis atopik adalah penyakit yang sulit sembuh. Sering kumat-kumatan dan memperburuk kualitas hidup pasien.
Oleh karena itu, Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) membuat sebuah konsensus dalam penatalaksanaan dermatitis atopik: Lima Pilar Tatalaksana Dermatitis Atopik.
Konsensus KSDAI tersebut sebagian besar merujuk pada konsensus ICCAD 2002-2003, Konsensus Eropa 2012, Konsensus Asia Pasifik 2013. Lima pilar tatalaksana dermatitis atopik adalah
Terapi komprehensif adalah landasan penting dalam tatalaksana dermatitis atopik. Lima pilar yang direkomendasikan KSDAI harus dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pasien bisa sembuh.
Secara patofisiologis, salah satu masalah yang dihadapi pasien dermatitis atopik adalah sawar kulit yang "lebih lemah" dari pasien non-DA. Pada kulit pasien DA sering kali kekurangan protein pengikat air yang bernama profilagrin. Profilagrin sendiri adalah protein yang berperan penting dalam pembentuan sawar kulit (terutama di stratum korneum) dan berperan dalam proses hidrasi menjaga kulit tetap lembab.
Dua strategi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki sawar kulit adalah
Sponsored: Mau pesan Buku Dermatitis Atopik: Diagnosis dan Tatalaksana Terkini? Klik aja gambar di atas
Pasien dapat diresepkan kortikosteroid topikal di puskesmas. Jika ada SpKK boleh juga ditambah terapi dengan inhibitor kalsineurin topikal.
Karena di Puskesmas jarang sekali ada SpKK, maka fokus pada terapi dengan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid yang dipilih minimal berdasarkan
Penggolongan potensi kortikosteroid dapat kamu lihat di tabel berikut
Tabel di atas juga dapat kamu temukan di Buku Dermatitis Atopik: Diagnosis dan Tatalaksana Terkini Hal 55.
Edukasi pasien dengan informasi yang benar tentang penggunaan kortikosteroid topikal ini, yaitu
Salah satu masalah yang memperberat klinis dermatitis atopik adalah siklus gatal-garuk. Dr Ardsari, SpKK selalu berpesan "Pasien jangan memanipulasi lesi." Artinya, pasien harus diedukasi untuk tidak menggaruk atau memberikan obat yang sering memperparah lesi. Ada beberapa strategi untuk mengurangi kebiasaan menggaruk, misalnya dengan pemberian anti-inflamasi topikal atau sistemik dan antihistamin sedatif dan non sedatif. Beberapa antihistamin yang dapat diberikan misalnya
Mengingat penyebab dermatitis atopik adalah multifaktor maka alergen dari lingkungan harus dihindari, misalnya alergen hirup, makanan, iritan dan infeksi.
Antibiotik perlu dipertimbangkan pada pasien dermatitis atopik dengan klinis infeksi yang jelas. Salah satu jenis infeksi yang banyak dihubungkan dengan dermatitis atopik adalah S. aureus. Pilihan antibiotiknya adalah sefalosporin, oxacillin, cloxacillin. Sementara itu antibiotik topikal yang direkomendasikan adalah mupirosin, dan asam fusidat
Pilar terakhir yang tidak kalah penting dalam tatalaksana dermatitis atopik adalah aspek edukasi pasien. Bahkan saking pentingnya, dengan edukasi yang baik 30% kesembuhan pasien sudah di tangan.
Informasi yang perlu disampaikan ke pasien atau orang tua pasien meliputi seluk beluk penyakit dermatitis atopik
Jelaskan jenis obat yang diberikan (pelembab, kortikosteroid dan lain-lain), potensi obat (terutama kortikosteroid), serta cara dan frekuensi pengolesan obat. Kapan obat dipakai (pagi dan sore setelah mandi), kapan mulai dipakai dan kapan harus dihentikan. Beritahukan apa yang harus dilakukan bila terjadi kekambuhan.
Agar praktis dan efektif, informasi di atas dapat dibuatkan dalam bentuk leaflet, video atau booklet.
Dermatitis atopik dipengaruhi oleh banyak faktor. Sehingga tatalaksana holistik sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
MAU PRAKTEKAN MAKIN RAMAI?
Buku terlengkap tentang penanganan dermatitis atopik di Indonesia ini cocok buat kamu.
Isinya aplikatif banget meliputi
Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Makanan pada Dermatitis Atopik
Superantigen Bakteri pada Dermatitis Atopik (Terapi S. aureus pada Dermantitis Atopik)
Manifestasi Klinis Dermatitis Atopik
Penilaian Keparahan Dermatitis Atopik dengan Indeks Scorad
Terapi Dermatitis Atopik
Konsensus Tatalaksana Dermatitis Atopik di Asia Pasifik
Edukasi dalam Tatalaksana Dermatitis Atopik
dan beberapa topik menarik lainnya.
Kalau mau pesan bisa via Yahya (WA) 085608083342 atau klik link order ini
Tinggal 18 eksemplar.
Dan, ada diskon 25% untu TS member Group Konsul Kulit dr Ardsari, SpKK
Pesan sekarang, sebelum kehabisan^^
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟