Dokter Post - Ceftriaxone: Dosis, Efektivitas, Efek Samping & Riset Terbaru untuk Dokter Umum

Ceftriaxone: Panduan Praktis Efektivitas, Dosis Obat Ceftriaxone, dan Riset Terkini untuk Dokter Umum

23 Jun 2025 • Farmakologi

Deskripsi

Ceftriaxone: Panduan Praktis Efektivitas, Dosis Obat Ceftriaxone, dan Riset Terkini untuk Dokter Umum

Pendahuluan

Ceftriaxone adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang spektrum luas dan telah menjadi andalan dalam praktik klinis selama bertahun-tahun. Popularitasnya didorong oleh potensi antibakteri yang tinggi terhadap berbagai patogen umum, profil keamanan yang relatif baik, dan farmakokinetik yang memungkinkan pemberian dosis sekali atau dua kali sehari, sebuah keunggulan signifikan dalam hal kenyamanan pasien dan kepatuhan. 

Sebagai salah satu antibiotik yang paling sering diresepkan, baik di rumah sakit maupun rawat jalan , pemahaman mendalam tentang penggunaannya sangat krusial bagi Dokter Umum (GP). Namun, popularitas ini juga membawa tantangan. Penggunaan yang meluas, terkadang tidak tepat atau berlebihan, telah berkontribusi signifikan terhadap munculnya dan penyebaran resistensi antimikroba, sebuah ancaman kesehatan global yang serius. 

Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif mengenai efektivitas, panduan Dosis Obat Ceftriaxone yang tepat, profil keamanan terbaru, serta isu resistensi yang berkembang menjadi sangat penting bagi para klinisi di lini depan.

Artikel ilmiah populer ini bertujuan untuk menyajikan tinjauan praktis dan berbasis bukti mengenai Ceftriaxone, mencakup mekanisme kerja, spektrum aktivitas, farmakokinetik yang relevan, indikasi klinis, panduan Dosis Obat Ceftriaxone untuk dewasa dan anak, profil keamanan termasuk efek samping dan kontraindikasi, panduan penyesuaian dosis pada kondisi khusus, serta pembaruan penelitian terkini dan isu resistensi. 

Informasi dalam artikel ini disarikan secara eksklusif dari tinjauan literatur sistematis jurnal-jurnal ilmiah yang terindeks di PubMed, dirancang khusus untuk kebutuhan informasi Dokter Umum di Indonesia.

Mekanisme Kerja dan Spektrum Aktivitas

Ceftriaxone termasuk dalam kelas antibiotik β-laktam dan bekerja dengan cara mengganggu sintesis dinding sel bakteri yang esensial untuk kelangsungan hidup bakteri. Secara spesifik, cincin β-laktam pada struktur Ceftriaxone berikatan secara kovalen dengan penicillin-binding proteins (PBPs). 

PBPs adalah enzim transpeptidase yang berperan penting dalam langkah akhir pembentukan ikatan silang (cross-linking) antar untai peptidoglikan, komponen utama penyusun dinding sel bakteri. Dengan menghambat aktivitas PBPs, Ceftriaxone mencegah pembentukan dinding sel yang kuat dan stabil, menyebabkan lisis sel dan kematian bakteri (efek bakterisidal).

Spektrum aktivitas antibakteri Ceftriaxone mencakup berbagai patogen Gram-positif dan Gram-negatif, menjadikannya pilihan empiris yang sering dipertimbangkan untuk berbagai jenis infeksi:

  • Gram-positif: Ceftriaxone menunjukkan aktivitas yang baik terhadap Streptococcus pneumoniae, termasuk strain yang menunjukkan penurunan suseptibilitas atau resistensi terhadap penisilin. Obat ini juga efektif melawan Streptococcus pyogenes (Group A Streptococcus) dan Staphylococcus aureus yang masih sensitif terhadap metisilin (MSSA).

  • Gram-negatif: Keunggulan utama Ceftriaxone terletak pada spektrum Gram-negatifnya yang luas. Ini mencakup sebagian besar Enterobacterales seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus mirabilis. Selain itu, Ceftriaxone sangat aktif terhadap Haemophilus influenzae (termasuk strain penghasil β-laktamase), Neisseria meningitidis, dan Neisseria gonorrhoeae. Namun, penting untuk dicatat bahwa aktivitasnya terhadap Pseudomonas aeruginosa umumnya terbatas atau tidak dapat diandalkan.

Relevansi klinis dari spektrum ini sangat tinggi bagi GP, karena mencakup banyak patogen yang umum menyebabkan infeksi yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari, seperti pneumonia komunitas (CAP), infeksi saluran kemih (ISK), meningitis bakterial, dan gonore.

Farmakokinetik yang Perlu Diketahui

Profil farmakokinetik (PK) Ceftriaxone memiliki beberapa karakteristik unik yang penting untuk dipahami dalam praktik klinis:

  • Waktu Paruh Eliminasi (Half-life): Salah satu keunggulan utama Ceftriaxone adalah waktu paruh eliminasinya yang relatif panjang pada orang dewasa sehat, berkisar antara 5.8 hingga 8.7 jam. Waktu paruh yang panjang ini memungkinkan fleksibilitas dalam pemberian dosis, yaitu cukup sekali atau dua kali sehari untuk sebagian besar indikasi, yang meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pasien dibandingkan dengan sefalosporin parenteral lain yang memerlukan pemberian lebih sering.

  • Distribusi: Ceftriaxone terdistribusi dengan baik ke sebagian besar jaringan dan cairan tubuh. Yang penting secara klinis, obat ini mampu menembus sawar darah otak, terutama ketika meninges mengalami peradangan (meningitis), mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan serebrospinal (CSF). Volume distribusi (Vd) dapat meningkat pada pasien sakit kritis, yang mungkin dipengaruhi oleh perubahan permeabilitas kapiler dan keseimbangan cairan.

  • Ikatan Protein Plasma: Ceftriaxone memiliki tingkat ikatan protein plasma yang tinggi, terutama pada albumin, namun ikatan ini bersifat saturable atau non-linear. Pada konsentrasi plasma yang lebih rendah (<25 mcg/mL), sekitar 95% obat terikat protein, sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi (misalnya 300 mcg/mL), persentase ikatan menurun menjadi sekitar 85%. Ini berarti bahwa pada dosis yang lebih tinggi, proporsi obat dalam bentuk bebas (tidak terikat dan aktif secara farmakologis) akan meningkat lebih dari proporsional. Karakteristik ini, dikombinasikan dengan waktu paruh yang panjang, secara teoritis mendukung penggunaan dosis tunggal harian yang lebih besar untuk mencapai konsentrasi obat bebas yang tinggi dan berkelanjutan, meskipun dosis terbagi (misalnya, q12h) tetap digunakan untuk infeksi serius seperti meningitis.

  • Ekskresi: Ceftriaxone memiliki jalur eliminasi ganda yang unik, yaitu melalui ginjal dan empedu. Sekitar 33% hingga 67% dari dosis diekskresikan dalam bentuk tidak berubah melalui urin, sementara sisanya disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya dieliminasi melalui feses, sebagian besar sebagai metabolit yang tidak aktif secara mikrobiologis. Jalur eliminasi ganda ini memberikan keuntungan penting: jika salah satu jalur (ginjal atau hati/empedu) mengalami gangguan, jalur lainnya dapat mengkompensasi sebagian eliminasinya. Inilah alasan utama mengapa penyesuaian dosis Ceftriaxone umumnya tidak diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati saja, asalkan dosis harian tidak melebihi 2 gram.

  • Farmakokinetik Pediatrik: Profil PK pada anak-anak berbeda dengan dewasa. Anak-anak umumnya memiliki klirens plasma dan volume distribusi yang lebih tinggi per kilogram berat badan, serta waktu paruh eliminasi yang lebih pendek. Pada bayi dan anak dengan meningitis, waktu paruh rata-rata dilaporkan sekitar 4.3 hingga 4.6 jam.

Gambar 1. Rata-rata parmeter farmakokinetik ceftriaxone

Indikasi Klinis dan Bukti Efektivitas

Ceftriaxone diindikasikan untuk pengobatan berbagai jenis infeksi bakteri yang disebabkan oleh organisme yang rentan. Efektivitasnya telah terbukti dalam banyak studi klinis untuk infeksi serius maupun tidak. Indikasi umum meliputi:

  • Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, termasuk Pneumonia Komunitas (CAP).

  • Infeksi Saluran Kemih (ISK), baik yang uncomplicated maupun complicated.

  • Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak.

  • Meningitis Bakterial (disebabkan oleh H. influenzae, N. meningitidis, S. pneumoniae).

  • Gonore uncomplicated (servikal, uretra, rektal, faringeal).

  • Penyakit Lyme, terutama tahap lanjut dengan keterlibatan neurologis atau jantung.

  • Infeksi Tulang dan Sendi.

  • Infeksi Intra-abdominal (seringkali dalam kombinasi dengan agen lain untuk cakupan anaerob).

  • Bakteremia atau Sepsis.

  • Profilaksis Bedah: Digunakan sebagai dosis tunggal sebelum prosedur bedah tertentu untuk mencegah infeksi luka operasi.

Studi komparatif dan meta-analisis memberikan nuansa penting terkait efektivitas Ceftriaxone:

  • CAP: Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa dosis Ceftriaxone 1 gram sekali sehari sama efektifnya dengan dosis 2 gram sekali sehari atau rejimen antibiotik pembanding lainnya untuk pengobatan CAP pada orang dewasa. Temuan ini mendukung potensi penggunaan dosis lebih rendah untuk AMS pada indikasi ini.

  • Gonore: Data meta-analisis sebelumnya menunjukkan Ceftriaxone 250 mg IM lebih unggul daripada Cefixime 400 mg oral, dan Ceftriaxone 125 mg IM lebih unggul daripada Spectinomycin 2 g IM. Namun, karena meningkatnya kekhawatiran tentang resistensi N. gonorrhoeae, pedoman terbaru dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat (tahun 2020) merekomendasikan peningkatan dosis menjadi 500 mg IM sebagai dosis tunggal untuk gonore uncomplicated.

  • Demam Tifoid pada Anak: Sebuah studi menunjukkan bahwa Azithromycin oral sekali sehari sama efektifnya dengan Ceftriaxone IV untuk pengobatan demam tifoid tanpa komplikasi pada anak-anak.

  • Bakteremia Enterobacterales: Studi kohort retrospektif yang membandingkan Ceftriaxone 1 gram vs 2 gram sekali sehari untuk bakteremia akibat Enterobacterales yang rentan tidak menemukan perbedaan signifikan secara statistik dalam tingkat kegagalan klinis komposit 90 hari. Namun, terdapat tren numerik ke arah tingkat relaps infeksi yang lebih tinggi pada kelompok yang menerima 1 gram. Data ini menunjukkan bahwa meskipun 1 gram mungkin cukup untuk banyak kasus, 2 gram mungkin lebih aman untuk infeksi aliran darah, menunggu data lebih lanjut.

  • Bakteremia MSSA: Tinjauan sistematis terbaru (2022) menunjukkan bahwa Ceftriaxone adalah pilihan yang efektif dan aman, sebanding dengan terapi standar (seperti nafcillin atau oxacillin) untuk bakteremia MSSA.

Data ini menggarisbawahi bahwa meskipun Ceftriaxone efektif secara luas, dosis optimal dan perbandingannya dengan agen lain dapat bervariasi tergantung pada indikasi spesifik, pola resistensi lokal, dan mungkin tingkat keparahan infeksi. GP perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam pengambilan keputusan klinis.

Panduan Dosis Obat Ceftriaxone

Menentukan Dosis Obat Ceftriaxone yang tepat sangat penting untuk mencapai hasil terapi yang optimal dan meminimalkan risiko efek samping serta resistensi. Dosis bervariasi berdasarkan indikasi klinis, tingkat keparahan infeksi, usia pasien, dan terkadang fungsi organ. Ceftriaxone dapat diberikan melalui rute intravena (IV) atau intramuskular (IM). 

Frekuensi pemberian yang paling umum adalah sekali sehari (q24h) atau dua kali sehari (q12h), dimungkinkan oleh waktu paruhnya yang panjang. Durasi terapi tipikal berkisar antara 4 hingga 14 hari, tetapi bisa lebih pendek (misalnya, dosis tunggal untuk gonore atau profilaksis) atau lebih lama tergantung pada infeksi; infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes memerlukan terapi minimal 10 hari.

Berikut adalah ringkasan panduan Dosis Obat Ceftriaxone untuk beberapa indikasi umum pada dewasa dan pediatrik (usia > 1 bulan), namun penting untuk selalu merujuk pada pedoman klinis terbaru dan informasi produk resmi karena rekomendasi dapat berubah:


Indikasi

Populasi

Dosis Lazim

Rute

Frekuensi

Durasi Tipikal

Catatan Khusus

Infeksi Umum (CAP, ISK, Kulit/Jaringan Lunak)

Dewasa

1-2 g

IV/IM

q24h atau q12h

4-14 hari

Dosis dan frekuensi tergantung keparahan.

Pediatrik (>1bln)

50-75 mg/kg/hari

IV/IM

q24h atau q12h

4-14 hari

Dosis harian total tidak melebihi 2 g.

Meningitis Bakterial

Dewasa

2 g

IV

q12h

7-14 hari

Dosis harian total 4 g.

Pediatrik (>1bln)

Awal: 100 mg/kg (maks 4g), lalu 100 mg/kg/hari (maks 4g/hari)

IV

q24h atau q12h

7-14 hari

.

Gonore Uncomplicated

Dewasa

500 mg

IM

Dosis Tunggal

-

Rekomendasi CDC 2020. Dosis sebelumnya 250 mg. Perubahan dosis didorong oleh tren resistensi.

Otitis Media Akut

Pediatrik (>1bln)

50 mg/kg

IM

Dosis Tunggal

-

Dosis tidak melebihi 1 g.

Profilaksis Bedah

Dewasa

1 g

IV

Dosis Tunggal

-

Diberikan 30 menit hingga 2 jam sebelum operasi.

Penting: Dosis Obat Ceftriaxone harus selalu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, fungsi ginjal dan hati (jika ada gangguan berat ganda), dan respons terhadap terapi. Konsultasikan sumber informasi obat terbaru.

Perubahan rekomendasi dosis, seperti yang terlihat pada gonore , menyoroti sifat dinamis dari terapi antibiotik yang dipengaruhi oleh data resistensi yang berkembang. Dosis tinggi yang direkomendasikan untuk meningitis diperlukan untuk memastikan penetrasi yang memadai ke dalam sistem saraf pusat dan mencapai konsentrasi di atas Minimum Inhibitory Concentration (MIC) patogen penyebab. Oleh karena itu, GP harus selalu berupaya mendapatkan informasi Dosis Obat Ceftriaxone yang paling mutakhir.

Profil Keamanan: Efek Samping dan Kontraindikasi

Meskipun umumnya ditoleransi dengan baik, Ceftriaxone dapat menyebabkan berbagai efek samping (Adverse Drug Reactions - ADRs), mulai dari yang ringan hingga yang serius dan mengancam jiwa.

  • Efek Samping Umum: Keluhan gastrointestinal (GI) adalah yang paling sering dilaporkan, terutama diare. Reaksi di tempat suntikan (nyeri, indurasi setelah IM; flebitis setelah IV), ruam kulit, eosinofilia, trombositosis, dan peningkatan sementara enzim hati (ALT, AST, Alkaline Phosphatase) juga dapat terjadi.

  • Efek Samping Serius:

  • Pseudolitiasis Bilier (Biliary Sludge/Gallbladder Pseudolithiasis): Ini adalah pembentukan endapan reversibel dari garam kalsium ceftriaxone di dalam kandung empedu. Insidensinya cukup tinggi, terutama pada populasi pediatrik, dilaporkan mempengaruhi hingga 20.7% anak dalam studi yang secara aktif mencarinya. Kondisi ini bisa tidak bergejala (asimtomatik) atau menyebabkan gejala mirip kolik bilier (nyeri perut kuadran kanan atas, mual, muntah). Peningkatan bilirubin atau enzim hati jarang terjadi. Untungnya, endapan ini biasanya larut dan menghilang setelah Ceftriaxone dihentikan. Rekomendasinya adalah menghentikan Ceftriaxone jika pasien menunjukkan gejala atau tanda sugestif penyakit kandung empedu atau jika ditemukan gambaran USG yang khas.

  • Anemia Hemolitik Imun (Immune Hemolytic Anemia - IHA): Meskipun jarang, IHA yang diinduksi Ceftriaxone merupakan ADR yang sangat serius dan berpotensi fatal. Risiko tampaknya lebih tinggi pada anak-anak dengan penyakit sel sabit (sickle cell disease), di mana beberapa kasus kematian telah dilaporkan. Riwayat paparan Ceftriaxone sebelumnya juga dapat menjadi faktor risiko. IHA adalah salah satu alasan utama penghentian terapi Ceftriaxone. Kewaspadaan tinggi diperlukan saat menggunakan Ceftriaxone pada populasi berisiko ini.

  • Efek Samping Sistem Saraf Pusat (SSP): Neurotoksisitas jarang dilaporkan (<1%), namun bisa bermanifestasi serius. Gejala dapat berupa ensefalopati (penurunan kesadaran, kebingungan, delirium), kejang (termasuk status epileptikus), mioklonus, dan halusinasi. Faktor risiko utama yang teridentifikasi adalah usia lanjut (di atas 65 tahun) dan adanya gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin/CrCl rendah, median sekitar 35 mL/menit pada kasus yang dilaporkan). Onset gejala biasanya terjadi dalam beberapa hari (median 4 hari) setelah memulai terapi. ADR SSP ini dapat menyebabkan perpanjangan rawat inap, kondisi mengancam jiwa, bahkan kematian. Pemeriksaan penunjang seperti pengukuran kadar Ceftriaxone plasma (bisa di atas ambang toksik >100 µg/mL) dan EEG (sering menunjukkan perlambatan umum atau gelombang trifasik) dapat membantu konfirmasi.

  • Reaksi Hipersensitivitas: Dapat bervariasi dari ruam kulit ringan hingga reaksi anafilaksis berat yang jarang terjadi (0.001-0.1%). Anafilaksis dapat berakibat fatal, termasuk menyebabkan henti jantung-paru.

  • Efek Hematologi Lain: Neutropenia dan trombositopenia juga telah dilaporkan, terkadang memerlukan penghentian terapi, terutama pada penggunaan dosis tinggi atau jangka panjang.

  • Urolitiasis dan Gagal Ginjal Akut Post-Renal: Mirip dengan di kandung empedu, endapan kalsium ceftriaxone dapat terbentuk di saluran kemih, menyebabkan batu (urolitiasis), obstruksi ureter, dan gagal ginjal akut post-renal. Risiko ini tampaknya lebih besar pada anak-anak. Kondisi ini umumnya reversibel dengan penghentian Ceftriaxone dan hidrasi yang adekuat.

  • Pankreatitis: Kasus pankreatitis telah dilaporkan, kemungkinan terkait dengan stasis bilier atau obstruksi akibat sludge/presipitat.

  • Gangguan Koagulasi: Ceftriaxone dapat mempengaruhi waktu protrombin (PT), terutama pada pasien dengan gangguan sintesis vitamin K (misalnya, penyakit hati kronis, malnutrisi) atau cadangan vitamin K yang rendah. Pemantauan PT direkomendasikan pada pasien berisiko, dan suplementasi vitamin K (10 mg per minggu) mungkin diperlukan jika PT memanjang. Penggunaan bersamaan dengan antagonis vitamin K (seperti warfarin) dapat meningkatkan risiko perdarahan, sehingga pemantauan parameter koagulasi yang sering diperlukan.

  • Superinfeksi: Seperti antibiotik spektrum luas lainnya, penggunaan Ceftriaxone, terutama jangka panjang, dapat mengganggu mikrobiota normal dan menyebabkan pertumbuhan berlebih organisme yang tidak rentan, seperti Clostridioides difficile (menyebabkan diare terkait antibiotik atau kolitis pseudomembran) atau jamur.

  • Kontraindikasi: Penggunaan Ceftriaxone dilarang pada kondisi berikut:

  • Riwayat reaksi hipersensitivitas berat terhadap Ceftriaxone atau sefalosporin lainnya. Perhatian khusus diperlukan pada pasien dengan riwayat alergi penisilin karena potensi reaktivitas silang.

  • Neonatus (bayi baru lahir usia ≤ 28 hari): Kontraindikasi ini bersifat absolut dan sangat penting karena risiko interaksi fatal dengan kalsium.

  • Semua neonatus prematur hingga usia postmenstrual 41 minggu (usia gestasi + usia kronologis).

  • Semua neonatus dengan hiperbilirubinemia (kuning), karena Ceftriaxone dapat menggeser bilirubin dari ikatannya dengan albumin dan meningkatkan risiko ensefalopati bilirubin (kernikterus).

  • Semua neonatus yang memerlukan (atau diperkirakan akan memerlukan) larutan infus intravena (IV) yang mengandung kalsium, termasuk nutrisi parenteral. Pemberian Ceftriaxone bersamaan atau berdekatan (dalam 48 jam) dengan kalsium IV dapat menyebabkan pembentukan endapan (presipitat) kalsium-ceftriaxone yang mematikan di paru-paru dan ginjal. Ini berlaku meskipun diberikan melalui jalur infus yang berbeda atau secara berurutan.

  • Penggunaan pelarut yang mengandung kalsium (misalnya, Ringer Laktat, Larutan Hartmann) untuk rekonstitusi atau pengenceran Ceftriaxone IV.

  • Pemberian Ceftriaxone secara intravena jika dilarutkan dengan lidokain. (Jika lidokain digunakan sebagai pelarut untuk injeksi IM, kontraindikasi terhadap lidokain harus disingkirkan terlebih dahulu).

Penting untuk dicatat bahwa efek samping serius cenderung terkonsentrasi pada populasi tertentu: pseudolitiasis bilier lebih sering pada anak-anak, IHA lebih berisiko pada pasien penyakit sel sabit, dan efek samping SSP lebih sering pada usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal. Hal ini menekankan perlunya penilaian risiko individual sebelum meresepkan Ceftriaxone.

Penyesuaian Dosis pada Kondisi Khusus

Berkat jalur eliminasi gandanya (ginjal dan empedu), Ceftriaxone menunjukkan fleksibilitas dalam hal penyesuaian dosis pada beberapa kondisi gangguan organ:

  • Gangguan Fungsi Ginjal Saja: Pada umumnya, penyesuaian dosis tidak diperlukan jika dosis harian total Ceftriaxone tidak melebihi 2 gram. Farmakokinetik total obat tidak banyak berubah secara proporsional dengan penurunan fungsi ginjal karena adanya kompensasi melalui peningkatan fraksi obat bebas (akibat penurunan ikatan protein pada kondisi uremia) dan peningkatan eliminasi melalui jalur bilier.

  • Gangguan Fungsi Hati Saja: Jika fungsi ginjal normal, penyesuaian dosis umumnya juga tidak diperlukan. Meskipun pada pasien sirosis dengan asites dapat terjadi penurunan ikatan protein dan peningkatan volume distribusi, waktu paruh eliminasi total obat biasanya tidak berubah secara signifikan.

  • Gangguan Fungsi Ginjal DAN Hati Berat Secara Bersamaan: Pada kondisi ini, kedua jalur eliminasi utama terganggu. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dan dosis harian total Ceftriaxone sebaiknya tidak melebihi 2 gram. Pemantauan klinis yang ketat terhadap efikasi dan potensi toksisitas sangat dianjurkan.

  • Pasien Hemodialisis: Ceftriaxone tidak dihilangkan secara signifikan dari darah selama prosedur hemodialisis. Akibatnya, tidak diperlukan pemberian dosis tambahan setelah sesi dialisis. Namun, dilaporkan bahwa pada sebagian kecil pasien dialisis, laju eliminasi Ceftriaxone dapat sangat berkurang. Oleh karena itu, pemantauan kadar obat dalam plasma dianjurkan pada populasi ini untuk menentukan apakah penyesuaian dosis (penurunan dosis atau perpanjangan interval) diperlukan.

  • Continuous Kidney Replacement Therapy (CKRT): Data pada pasien anak menunjukkan bahwa CKRT dapat berkontribusi secara signifikan terhadap klirens total Ceftriaxone (sekitar 25-42% dari total klirens). Data pada orang dewasa juga terbatas namun menunjukkan adanya eliminasi oleh modalitas CKRT. Meskipun dosis standar mungkin masih mencapai target farmakodinamik pada beberapa kasus, kontribusi CKRT terhadap eliminasi obat perlu dipertimbangkan, terutama pada penggunaan jangka panjang atau pada pasien dengan kondisi kritis yang kompleks. Konsultasi dengan ahli farmasi klinis atau spesialis penyakit infeksi mungkin diperlukan.

Meskipun panduan umum menyatakan tidak perlu penyesuaian dosis jika ≤ 2g/hari untuk gangguan ginjal atau hati saja, perlu diingat bahwa data efek samping SSP serius muncul pada pasien dengan gangguan ginjal sedang-berat (median CrCl 35 mL/menit) yang kemungkinan menerima dosis dalam rentang standar ini. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun farmakokinetik rata-rata mungkin tidak berubah drastis, risiko toksisitas, terutama SSP, dapat meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal yang signifikan, khususnya pada populasi lansia. Oleh karena itu, "aturan 2 gram" bukanlah jaminan keamanan mutlak, dan kewaspadaan klinis tetap menjadi prioritas utama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Update Penelitian Terkini dan Isu Resistensi

Bidang terapi antimikroba terus berkembang, dengan penelitian baru dan tantangan resistensi yang muncul. Berikut beberapa pembaruan penting terkait Ceftriaxone:

  • Resistensi Antibiotik: Ini adalah isu global yang paling mendesak terkait Ceftriaxone.

  • Tren Peningkatan: Resistensi terhadap Ceftriaxone terus meningkat di seluruh dunia untuk berbagai patogen penting. Penggunaan yang berlebihan dan tidak tepat (overuse and misuse) diidentifikasi sebagai pendorong utama fenomena ini.

  • Patogen Kunci:

  • Neisseria gonorrhoeae: Peningkatan resistensi yang signifikan telah dilaporkan secara global, termasuk di China dan Eropa. Tren ini secara langsung menyebabkan revisi pedoman pengobatan dengan merekomendasikan dosis Ceftriaxone yang lebih tinggi (500 mg IM).

  • Salmonella spp.: Peningkatan resistensi terhadap Ceftriaxone (bersamaan dengan penurunan suseptibilitas terhadap Ciprofloxacin) telah diamati di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat.

  • Enterobacterales (E. coli, Klebsiella spp.): Tingkat resistensi yang tinggi dilaporkan di berbagai negara, kadang melebihi 70%. Infeksi aliran darah (BSI) yang disebabkan oleh E. coli yang resisten Ceftriaxone (CRO-R) dikaitkan dengan hasil klinis yang cenderung lebih buruk dan lama rawat inap yang lebih panjang dibandingkan dengan infeksi oleh strain yang rentan (CRO-S).

  • Streptococcus pneumoniae: Beberapa studi surveilans jangka panjang menunjukkan adanya tren penurunan suseptibilitas atau peningkatan resistensi terhadap sefalosporin, termasuk Ceftriaxone, dari waktu ke waktu.

  • Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL): Munculnya bakteri Enterobacterales penghasil ESBL (ESBL-E) merupakan tantangan terapeutik utama. Enzim ESBL mampu menghidrolisis sefalosporin generasi ketiga seperti Ceftriaxone, membuatnya tidak efektif. Infeksi ESBL-E dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, lama rawat inap, dan biaya perawatan. Saat ini, karbapenem (seperti Meropenem, Ertapenem) dianggap sebagai terapi lini pertama untuk infeksi ESBL-E yang serius (di luar ISK uncomplicated), berdasarkan bukti dari uji klinis besar seperti MERINO trial. Penggunaan alternatif non-karbapenem masih menjadi perdebatan dan umumnya tidak direkomendasikan untuk infeksi invasif. Di laboratorium, resistensi fenotipik terhadap Ceftriaxone (misalnya, MIC ≥2 mg/L) sering digunakan sebagai indikator kemungkinan produksi ESBL.

  • Antimicrobial Stewardship (AMS): Studi evaluasi penggunaan obat secara konsisten menunjukkan tingkat penggunaan Ceftriaxone yang tidak tepat yang sangat tinggi (seringkali >50%, bahkan mencapai 80% atau lebih dalam beberapa laporan). Alasan utama ketidaktepatan meliputi indikasi yang salah, frekuensi atau durasi pemberian yang tidak sesuai, dan penggunaan empiris yang luas tanpa didukung data kultur dan uji kepekaan. Praktik peresepan yang buruk ini secara langsung berkontribusi pada tekanan seleksi yang mendorong resistensi. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip AMS oleh semua klinisi, termasuk GP, menjadi sangat krusial.

  • Pembaruan Keamanan dan Administrasi:

  • Neurotoksisitas (SSP): Sebuah studi seri kasus besar yang diterbitkan pada tahun 2021 mengkonfirmasi dan mengkarakterisasi risiko ADR SSP serius terkait Ceftriaxone, memperkuat perlunya kewaspadaan terutama pada populasi berisiko (lansia, gangguan ginjal).

  • Administrasi IV Push (IVP) vs IV Piggyback (IVPB): Sebuah studi retrospektif tahun 2024 pada pasien sakit kritis menemukan bahwa pemberian Ceftriaxone melalui IVP dikaitkan dengan tingkat kegagalan pengobatan dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian melalui IVPB. Meskipun IVP menawarkan potensi kenyamanan dan penghematan cairan, temuan ini menimbulkan pertanyaan tentang efikasi dan keamanan rute IVP pada populasi pasien kritis.

  • Pembaruan Efikasi dan Potensi Indikasi Baru:

  • Bakteremia MSSA: Bukti terbaru dari tinjauan sistematis (2022) mendukung penggunaan Ceftriaxone sebagai alternatif yang efektif dan aman untuk pengobatan bakteremia akibat MSSA.

  • Potensi Antikanker: Penelitian praklinis awal (2012) menunjukkan bahwa Ceftriaxone mungkin memiliki aktivitas antitumor terhadap sel kanker paru dengan menargetkan enzim Aurora B kinase, membuka kemungkinan drug repurposing di masa depan, meskipun ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Perkembangan resistensi, terutama pada N. gonorrhoeae dan munculnya ESBL-E, secara nyata telah mengubah lanskap terapi dan pedoman pengobatan. Hal ini menekankan pentingnya bagi GP untuk selalu mengikuti perkembangan pola resistensi lokal dan implikasinya terhadap pilihan terapi. 

Tingginya angka penggunaan yang tidak tepat menggarisbawahi urgensi penerapan AMS dalam praktik sehari-hari untuk menjaga efektivitas Ceftriaxone dan antibiotik lainnya di masa depan.

Kesimpulan dan Rekomendasi Praktis

Ceftriaxone tetap merupakan antibiotik spektrum luas yang berharga dalam armamentarium klinis, menawarkan efikasi yang terbukti untuk berbagai infeksi bakteri umum dan keuntungan farmakokinetik berupa waktu paruh panjang yang memungkinkan dosis sekali atau dua kali sehari. Namun, potensinya dirusak oleh meningkatnya resistensi antimikroba, yang sebagian besar didorong oleh penggunaannya yang luas dan seringkali tidak tepat.

Bagi Dokter Umum, penggunaan Ceftriaxone yang bijaksana dan berbasis bukti adalah kunci:

  1. Indikasi Tepat: Gunakan Ceftriaxone hanya untuk indikasi yang sesuai berdasarkan pedoman klinis terbaru dan bukti ilmiah. Hindari penggunaan empiris jika infeksi kemungkinan disebabkan oleh virus atau jika patogen yang dicurigai dapat diobati dengan antibiotik spektrum lebih sempit. Upayakan konfirmasi mikrobiologis (kultur dan uji kepekaan) bila memungkinkan.

  2. Dosis Obat Ceftriaxone yang Benar: Patuhi panduan Dosis Obat Ceftriaxone yang direkomendasikan untuk dewasa dan anak, sesuaikan berdasarkan indikasi spesifik (misalnya, dosis lebih tinggi untuk meningitis) dan perhatikan pembaruan dosis (misalnya, untuk gonore).

  3. Waspadai Efek Samping Serius: Kenali potensi ADR serius seperti pseudolitiasis bilier (terutama pada anak), anemia hemolitik imun (terutama pada pasien penyakit sel sabit), dan toksisitas SSP (terutama pada lansia dengan gangguan ginjal). Edukasi pasien tentang tanda dan gejala yang perlu diwaspadai.

  4. Patuhi Kontraindikasi: Kontraindikasi penggunaan Ceftriaxone pada neonatus (terkait hiperbilirubinemia dan kebutuhan kalsium IV) harus dipatuhi secara ketat untuk mencegah konsekuensi fatal. Hindari penggunaan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas berat terhadap sefalosporin.

  5. Penyesuaian Dosis: Ingat bahwa penyesuaian dosis umumnya tidak diperlukan untuk gangguan ginjal atau hati saja jika dosis ≤ 2g/hari. Namun, tingkatkan kewaspadaan dan pertimbangkan pemantauan (klinis atau kadar obat) pada pasien dengan gangguan ginjal sedang-berat, gangguan ginjal dan hati berat bersamaan, atau pasien dialisis.

  6. Sadar Akan Resistensi: Ikuti perkembangan pola resistensi lokal. Peningkatan resistensi N. gonorrhoeae memerlukan dosis yang lebih tinggi. Untuk infeksi serius yang disebabkan oleh ESBL-E, karbapenem adalah terapi pilihan, bukan Ceftriaxone.

  7. Praktikkan Antimicrobial Stewardship (AMS): Terapkan prinsip peresepan antibiotik yang bijaksana: diagnosis akurat, pemilihan obat yang tepat sasaran, dosis dan durasi optimal, serta de-eskalasi terapi berdasarkan hasil kultur jika tersedia.

Dengan menggunakan Ceftriaxone secara rasional, Dokter Umum dapat terus memanfaatkan manfaat terapeutiknya secara maksimal sambil meminimalkan risiko bagi pasien dan berkontribusi pada upaya global untuk memerangi resistensi antimikroba.

Referensi :

  1. Population pharmacokinetics of ceftriaxone in critically ill septic patients: a reappraisal, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3243010/

  2. Evaluation of ceftriaxone utilization in medical and emergency wards of Tikur Anbessa specialized hospital: a prospective cross-sectional study - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4759859/

  3. Evaluation of the Clinical Use of Ceftriaxone among In-Patients in Selected Health Facilities in Uganda - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8300672/

  4. Drug use evaluation (DUE) of ceftriaxone: A quality metric in a pediatric hospital - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9608729/

  5. Efficacy of ceftriaxone in serious bacterial infections - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC181904/

  6. Prospective evaluation of Ceftriaxone use in medical and emergency wards of Gondar university referral hospital, Ethiopia - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29417764/

  7. Cefotaxime Versus Ceftriaxone: A Comprehensive Comparative Review - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11467699/

  8. Clinical pharmacokinetics of ceftriaxone - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2686882/

  9. Ceftriaxone. A reappraisal of its antibacterial activity and pharmacokinetic properties, and an update on its therapeutic use with particular reference to once-daily administration - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3048974/

  10. Prospective evaluation of Ceftriaxone use in medical and ..., diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5817827/

  11. Appropriate Use of Ceftriaxone in the Emergency Department of a Veteran's Health Care System - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5998470/

  12. Cephalosporins - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551517/

  13. Clinical implications of penicillin and ceftriaxone resistance among children with pneumococcal bacteremia - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9951978/

  14. Third-Generation Cephalosporins - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549881/

  15. Ceftriaxone: a beta-lactamase-stable, broad-spectrum cephalosporin with an extended half-life - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3906584/

  16. Ceftriaxone for Injection USP, 250 mg, 500 mg, 1 g and 2 g - DailyMed, diakses April 24, 2025, https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid=bc1cc991-3e16-48a3-8912-73750674143b&type=display

  17. Ceftriaxone for Injection - DailyMed, diakses April 24, 2025, https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid=e38c48f6-4d07-422b-9bb2-3c1025946e86

  18. Pharmacokinetic profile of ceftriaxone in man - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6093513/

  19. Evaluation of the Efficacy of Intravenous Push and Intravenous Piggyback Ceftriaxone in Critically Ill Patients - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11504261/

  20. Ceftriaxone therapy of meningitis and serious infections - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6093519/

  21. Pharmacokinetics of ceftriaxone in patients with renal and liver insufficiency and correlations with a physiologic nonlinear protein binding model - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6093514/

  22. CEFTRIAXONE FOR INJECTION, USP - DailyMed, diakses April 24, 2025, https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid=8351aa37-552d-471d-b293-c564dcb6ec29

  23. The efficacy of ceftriaxone in the treatment of severe infections in hospitalized patients, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3509452

  24. Efficacy of Ceftriaxone 1 g daily Versus 2 g daily for The Treatment ..., diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31179786/

  25. Cefotaxime Versus Ceftriaxone: A Comprehensive Comparative Review - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39398799/

  26. Ceftriaxone, an FDA-approved cephalosporin antibiotic, suppresses lung cancer growth by targeting Aurora B - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3510736/

  27. Efficacy and safety of ceftriaxone for uncomplicated gonorrhoea: a meta-analysis of randomized controlled trials - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22422688/

  28. Update to CDC's Treatment Guidelines for Gonococcal Infection, 2020 | MMWR, diakses April 24, 2025, https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/69/wr/mm6950a6.htm

  29. Azithromycin versus Ceftriaxone for the Treatment of Uncomplicated Typhoid Fever in Children | Clinical Infectious Diseases | Oxford Academic, diakses April 24, 2025, https://academic.oup.com/cid/article/31/5/1134/327321

  30. Ceftriaxone 1 g Versus 2 g Daily for the Treatment of Enterobacterales Bacteremia: A Retrospective Cohort Study - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9608102/

  31. Rapid Quality Assessment of Ceftriaxone Using Near-Infrared Spectroscopy - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11970922/

  32. Ceftriaxone - LiverTox - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK548258/

  33. Safety of ceftriaxone in paediatrics: a systematic review - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7513262/

  34. Safety of ceftriaxone in paediatrics: a systematic review - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32144089/

  35. Haematological and hepatic adverse effects of ceftriaxone in ambulatory care: a dual-centre retrospective observational analysis of standard vs high dose - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9789631/

  36. Serious Neurological Adverse Events of Ceftriaxone - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8148437/

  37. A case report of ceftriaxone-induced cardiopulmonary arrest - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9793122/

  38. Adverse events induced by ceftriaxone: a 10-year review of reported cases to Iranian Pharmacovigilance Centre - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22122488/

  39. Safety of ceftriaxone sodium at extremes of age - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18759704/

  40. Ceftriaxone pharmacokinetics in patients with various degrees of ..., diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC185547/

  41. Single-dose ceftriaxone kinetics in liver insufficiency - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6090050/

  42. Ceftriaxone Pharmacokinetics and Pharmacodynamic Target Attainment for Three Pediatric Patients Receiving Continuous Kidney Replacement Therapy - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11001209/

  43. A Four-Year Trend of Ceftriaxone Resistance and Associated Risk Factors Among Different Clinical Samples in Wad Medani, Sudan: A Cross-Sectional Retrospective Study - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39130926/

  44. A Four-Year Trend of Ceftriaxone Resistance and Associated Risk Factors Among Different Clinical Samples in Wad Medani, Sudan: A Cross-Sectional Retrospective Study - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11315363/

  45. The contribution of nano‐based strategies in overcoming ceftriaxone resistance: a literature review - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8324973/

  46. Ceftriaxone-Resistant Gonorrhea — China, 2022 - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10986818/

  47. Trends in antimicrobial susceptibility for azithromycin and ceftriaxone in Neisseria gonorrhoeae isolates in Amsterdam, the Netherlands, between 2012 and 2015 - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28079519/

  48. Increase in Resistance to Ceftriaxone and Nonsusceptibility to Ciprofloxacin and Decrease in Multidrug Resistance Among Salmonella Strains, United States, 1996–2009 - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6540746/

  49. Clinical Impact of Ceftriaxone Resistance in Escherichia coli Bloodstream Infections: A Multicenter Prospective Cohort Study - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9645644/

  50. Antimicrobial Resistance Trends of the Most Common Causative Pathogens Associated with Community-acquired Respiratory Infections in China: 2009–2018 - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9443291/

  51. Efficacy of noncarbapenem therapy for the treatment of ceftriaxone-resistant Enterobacterales outside the urinary tract - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10789981/

  52. Should ceftriaxone-resistant Enterobacterales be tested for ESBLs? A PRO/CON debate, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8210106/

  53. Infectious Diseases Society of America 2022 Guidance on the Treatment of Extended-Spectrum β-lactamase Producing Enterobacterales (ESBL-E), Carbapenem-Resistant Enterobacterales (CRE), and Pseudomonas aeruginosa with Difficult-to-Treat Resistance (DTR-P. aeruginosa), diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9890506/

  54. Beyond Susceptible and Resistant, Part II: Treatment of Infections Due to Gram-Negative Organisms Producing Extended-Spectrum β-Lactamases, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4187532/

  55. Treatment of extended-spectrum β-lactamase-producing Enterobacteriaceae (ESBLs) infections: what have we learned until now? - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6117850/

  56. Effect of Ceftriaxone on the Outcome of Murine Pyelonephritis Caused by Extended-Spectrum-β-Lactamase-Producing Escherichia coli - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4249555/

  57. Efficacy of noncarbapenem therapy for the treatment of ceftriaxone-resistant Enterobacterales outside the urinary tract - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38234414/

  58. Current evidence for therapy of ceftriaxone-resistant Gram-negative bacteremia - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31834029/

  59. Navigating treatment approaches for presumed ESBL-producing infections - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33659895/

  60. CON: Testing for ESBL production is unnecessary for ceftriaxone-resistant Enterobacterales, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8210140/