25 May 2016 • Internal Medicine
Tuberkulosis (TB) paru masih merupakan masalah besar di Indonesia. WHO memperkirakan ada 175 ribu kematian akibat TB paru di Indonesia dan setidaknya ada 550 ribu kasus TB aktif di seluruh Indonesia. Meskipun telah terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan pada beberapa tahun terakhir, namun masalah TB paru harus tetap mendapat perhatian khusus.
Salah satu gejala klinis yang banyak membawa pasien TB paru berobat ke dokter adalah batuk darah (hemoptisis). Namun, menegakkan diagnosis klinis batuk darah tidak sederhana. Ada beberapa diagnosis banding yang disingkirkan (kanker paru, emboli paru, dsb).
Artikel ini akan membahas tentang algoritma penegakan diagnosis pasien dengan keluhan utama batuk darah. Algoritma yang dibangun diadaptasi dari buku DIAGNOSIS KLINIS MACLEOD, dengan beberapa penyesuaian pada setting fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas.
Hemoptisis atau batuk darah membutuhkan evaluasi yang seksama untuk menyingkirkan kelainan yang serius seperti kanker paru, tuberkolosis (TB) dan emboli paru; banyak pasien akan membutuhkan pemeriksaan pencitraan dan penilaian dari dokter spesialis yang rinci. Hemoptisis masif (> 500 mL/24 jam) dapat mengancam jiwa. Beberapa penyebab hemoptisis kami coba rangkum sebagai berikut:
Anamnesis yang jelas tentang karakteristik darah yang dibatukkan atau yang bercampur dengan dahak merupakan petunjuk penting untuk memastikan hemoptosis. Anamnesis detail tentang karakteristik darah tersebut harus dilakukan dengan seksama.
Darah yang muncul mendadak di mulut tanpa batuk menunjukkan kemungkinan berasal dari nasofaring. Tanyakan pada pasien tentang perdarahan hidung dan carilah tanda mimisan/epistaksis atau sumber perdarahan di dalam mulut, untuk menyingkirkan kemungkinan yang lain.
Darah yang berasal dari saluran cerna biasanya berwarna gelap, bersifat asam (uji pH) dan dapat mengandung partikel makanan. Darah yang berasal dari saluran pernapasan cenderung tampak berbusa, alkali dan berwarna merah terang atau merah muda menunjukkan kemungkinan sumber perdarahan berasal dari saluran pernapasan.
Perdarahan sulit dihitung secara klinis, namun dapat perkiraakan volume dan laju kehilangan darah, misalnya dengan observasi langsung atau dengan menggunakan penampung berkala. Risiko utama hemoptisis masif adalah asfiksia melalui mekanisme alveoli yang kebanjiran atau obstruksi jalan napas.
Gunakan pendekatan ABCDE (dengan Oksigen aliran tinggi dan resusitasi IV) dan carilah bantuan tim gawat darurat segera bila terdapat salah satu dari hal berikut:
Emboli paru (PE) dapat dan mudah terlewatkan. Temuan pada pemeriksaan fisik dan foto rontgen dada sering tidak dapat dipercaya. Maka tetaplah waspada terhadap kemungkinan emboli paru pada pasien yang mengalami hemoptisis. Pertimbangkan embloli paru dan lakukan penilaian klinis lebih lanjut bila hemoptisis terjadi akut dan disertai oleh salah satu dari hal berikut ini:
Anda harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, bahkan jika diagnosis lain tampaknya lebih mungkin, pada setiap pasien dengan:
CT toraks (thoracic CT) adalah pemeriksaan lini pertama yang bermanfaat dan dapat mengungkapkan keberadaan tumor atau penyebab lain hemoptisis misalnya bronkhiektasis. Rujuklah pasien ke dokter spesialis paru (Sp.P) untuk pemeriksaan lebih lanjut ± bronkoskopi dan CT toraks.
Hemoptisis selama < 1 minggu dengan batuk dan dahak kental menunjukkan kemungkinan infeksi saluran napas akut. Lakukan penilaian klinis lebih lanjut dan rencanakan kajian atas pemeriksaan lanjut setelah pengobatan untuk memastikan bahwa hemoptisis telah membaik.
Lakukan skrining koagulasi pada setiap pasien yang sedang menjalani terapi antikoagulan, dengan riwayat kelainan perdarahan atau terbukti mengalami perdarahan dimana pun, atau bila tidak ada penyebab lain yang jelas.
Batuk kronik dengan produksi dahak mukopurulen atau ronkhi basah kasar yang menetap saat inspirasi menunjukkan kemungkinan bronkiektasis.
Pertimbangkan TB bila terdapat salah satu dari gambaran berikut ini:
Bila ada kecurigaan infeksi TB paru, dapatkan ≥ 3 sampel dahak (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) untuk pemeriksaaan bakteri tahan asam (BTA), kultur mikobakterium dan konsul dengan dokter spesialis paru (Sp.P).
Semoga bermanfaat.
=
Sponsored Content
Tahukah sejawat, 90% diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan dengan anamnesis yang baik. Pemeriksaan fisik yang terarah akan semakin mengkonfirmasi diagnosis yang dibuat.
Buku Diagnosis Klinis MacLeod-PAPDI (yang disunting Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, Sp.PD, K-HOM, FINASIM, FACP) adalah buku yang memiliki kerangka konsep yang unik dan praktis.
Buku ini mencoba menjawab tantangan kedokteran berbasis Problem Based Learning yakni manajemen kasus klinik berbasi pemecahan masalah.
Menyajikan 25 keluhan utama (Nyeri Dada, Sakit Kepala sampai Masalah Kulit) yang paling sering membawa pasien ke praktek dokter (klinik rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat), buku ini menyajikan algoritma klinis yang praktis diaplikasikan oleh dokter umum.
Kabra baiknya, BUKU DIAGNOSIS KLINIS MACLEOD bisa sejawat pesan via Dokter Post. Caranya, SMS/WA ke 081234008737
Buruan, limited Stock!!!
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟