5 Komplikasi Akut Penyakit Ginjal Kronik yang Membutuhkan Penanganan Kegawatdaruratan

Image Description
Admin Dokter post
May 25, 2016
img description

Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) semakin lama semakin meningkat dengan semakin tingginya kasus hipertensi dan diabetes mellitus di masyarakat. Kemajuan dalam bidang hemodialisis juga turut menyumbang angka harapan hidup pasien PGK, akibatnya proporsi pasien PGK di masyarakat semakin meningkat.

5 Komplikasi Akut Penyakit Ginjal Kronik

PGK adalah salah satu penyakit yang banyak "menghabiskan" dana JKN. Sifat kronisitas PGK menyebabkan pasien harus rutin kontrol ke Rumah Sakit. Selain itu, komplikasi akut PGK adalah salah satu penyebab tersering yang membawa pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat. Memahami penatalaksanaan komplikasi akut PGK akan meningkatkan kualitas layanan yang dapat diberikan dokter Instalasi Gawat Darurat

GAGAL GINJAL AKUT DEKOMPESATA

Keadaan dekompensasi jantung dengan sesak napas yang berat, edema paru, peningkatan vena jugular, edem kaki, tungkai, pada PGK dapat berakibat menjadi kematian sehingga merupakan keadaan darurat medik. Hal ini dapat terjadi akibat pemberian cairan secara berlebihan, seperti transfusi darah, infus cairan, yang tidak memperhatikan kemampuan produksi urin dan gangguan fungsi jantungnya.

Selain itu juga dapat diakibatkan tekanan darah yang meningkat secara mendadak oleh karena putus obat, lupa, tidak pernah kontrol ke dokter, kehabisan persediaan obat dll.

Pengelolahan meliputi:

  1. Restriksi caiaran. Restriksi cairan adalah strategi utama dalam kondisi gagal ginjal akut dekompensata. Overload cairan dapat mengakibatkan pernafasan yang terganggu pada pasien gagal ginjal akut dekompensata, yang dapat berakibat pada kematian. Restriksi cairan dilakukan sesuai dengan Insensible Water Loss (IWL), pada pasien dengan dialisis restriksi cairan dapat lebih longgar.
  2. Pemberian furosemide dapat diberikan secara oral atau intravena, bolus atau kontinyu (infus). Dosis inisial adalah 20-80 mg iv bolus, dengan dosis selanjutnya setiap 6-8 jam bolus 20-400 mg. Dapat diberikan secara infus 5-40 mg/jam sesuai dengan respon. Dosis lebih besar dapat mengakibatkan ototoksisitas. Hati-hati kemungkinan terjadinya gangguan elektrolit dan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut.
  3. Pada keadaan yang refrakter terhadap diuretic dapat segera dilakukan ultrafiltrasi atau dialisis.
  4. Selain itu apabila ada hipertensi berat, perlu tekanan darah segera dengan obat yang bekerja cepat per oral atau melalui infus sesuai dengan pengobatan hipertensi emergensi dan urgensi. Obat anti-hipertensi pilihan untuk pasien PGK adalah nicardipine dan fenoldopam. Hanya, nicardipine lebih banyak disukai karena relatif mudah untuk melakukan titrasi.

Hanya perlu lebih selektif untuk hanya memilih obat-obat yang tidak diekskresi melalui ginjal untuk menghindari kelebihan dosis. Dianjurkan selalu memulai dosis dari kecil yang dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon dan terjadinya efek samping.

HIPERKALEMIA

Konsentrasi kalium yang sangat tinggi dalam serum dapat terjadi oleh karena ekskresi kalium yang berkurang dengan semakin menurunnya fungsi ginjal, atau oleh karena keadaan asidosis metabolik yang mengakibatkan kalium keluar dari intra sel. Apabila terdapat gangguan pada jantung atau kelainan EKG, maka kalium harus diturunkan segera mungkin. Pengelolahan hampir sama dengan keadaan lain diluar PGK.

Pengelolahan berupa; pemberian bikarbonat iv untuk mengoreksi asidosis, kalsium glukonat iv 10-20 mg iv untuk menstabilkan membrane. Insulin 10-20 U iv dan 25 gram glukosa (agar tidak hipoglikemia) untuk meningkatkan masuknya K ke intra sel. Obat golongan beta agonist subkutan atau nebulizer juga dapat memasukan K ke intra sel.

Hindari pemakaian infus yang mengandung kalium. Tindakan hemodialisis dengan kadar K yang rendah dapat dengan cepat menurunkan K serum. Setelah kalium serum normal dapat dilanjutkan dengan diet rendah kalium, dan menghindarkan penyebab hiperkalemia.

HIPOKALEMIA

Keadaan ini sering terjadi pada pasien yang dilakukan hemo atau peritoneal dialisis. Diduga keadaan inilah yang sering mengakibatkan kematian mendadak pada pasien dialisis. Umumnya terdapat pada PGK tahap 5 yang sudah banyak mengalami gagal jantung, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, anemia, sehingga lebih rentan terhadap perubahan kadar kalium. Oleh karena itu pemeriksaan kalium serum secara berkala dilakukan agar dengan segera dapat mendeteksi dini gangguan kalium.

KEGAWATAN UREMIK

Pada PGK atau gangguan ginjal akut akan dapat terjadi keadaan sindrom uremik suatu keadaan kegawatan yang memerlukan penanganan segera. Komplikasi sindrom uremik yang berupa hiperkalemia, edema paru, asidosis metabolik, ensefalopati, gangguan fungsi perdarahan, dan perikarditis dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan pengobatan di perawatan khusus atau intensif. Umumnya untuk mengatasi keadaan ini diperlukan dialisis segera.

ENSEFALOPATI UREMIK

Dapat terjadi pada 20% pasien Gagal Ginjal Akut yang dirawat di unit intensif (ICU), sedangkan ada PGK lebih jarang, dan sering tidak berkaitan dengan tingginya konsentrasi ureum. Gangguan kognitif pada pasien PGK dengan Hemodialisis dapat terjadi pada 30% pasien dimana 10% nya mengalami gangguan yang berat.

Manifestasi EU ini berupa gangguan mental atau gangguan motorik, pada yang berat dapat berakibat kematian. Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat berbagai tingkat manifestasi klinik EU.

Manifestasi EU yang berat terutama terjadi pada pasien yang belum menjalani dialisis. Selain itu keadaan depresi, rasa cemas, keinginan untuk bunuh diri sering tak terdiagnosis dan berkaitan dengan keadaan metabolik, malnutrisi buruk, rasa takut untuk menghadapi dialisis dan kematian.
Selain memulai dialisis segera, diperlukan juga diet rendah protein untuk mengurangi peningkatan ureum dan toksin uremik. Setelah keadaan stabil dapat dilakukan perubahan diet dan dialisis yang seusai dengan keadaan saat itu.

Demikian 5 Komplikasi Akut Penyakit Ginjal Kronik yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan. Penatalaksanaan yang lebih mendetail dapat sejawat baca di buku EIMED Biru.

Semoga bermanfaat.


=
Sponsored Content

Anda Seorang Internis?? PPDS Interna?? atau Dokter Umum di IGD???

Buku EIMED BIRU (Emergency in Internal Medicine Advance) adalah buku yang anda butuhkan.

Buku Seberat 1,3 kg ini berisi puluhan topik kegawatdaruratan spesifik di bidang penyakit dalam

  1. Kegawatdaruratan Sidroma Koroner Akut
  2. Kegawatdaruratan Pneumonia (CAP, HAP dan VAP)
  3. Kegawatdaruratan Krisis Hiperglikemia (KAD dan HONK)
  4. Kegawatdaruratan Sepsis
  5. Kegawatdaruratan Infeksi Virus Dengue
  6. Kegawatdaruratan Penyakit Ginjal Kronik
  7. dan Puluhan Topik Kegawatdaruratan Spesifik yang lain

Jika anda sudah membaca EIMED MERAH (Emergency in Internal Medicine Basic), melengkap kompetensi anda dengan EIMED BIRU adalah pilihan cerdas di era BPJS dan MEA seperti saat ini.

Harga Buku EIMED BIRU Rp 399.000,00,

Jadi Tunggu Apalagi, segera pesan buku EIMED BIRU melalui SMS/WA ke 085608083342 (Yahya)

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....