Terapi Farmakologis Supraventrikular Takikardia

Image Description
Admin Dokter post
Dec 29, 2017
Img 61e763b141152 stripalllossy1ssl1

Pada kasus SVT, kalau kita tidak ada obat-obatan jenis adenosin adakah obat lain sebagai pengganti? Misalnya Neostigmin yang efeknya menurunkan HR? Atau adakah tindakan lain? kardioversi?

"Neostigmine merupakan AChE inhibitor, indirect cholinomimetic. Hasilnya adalah konsentrasi ACh yang meningkat. ACh mempunyai 2 jenis reseptor. Nicotinic (di ganglion simpatis dan parasimpatis, serta NMJ) dan Muscarinic (di saraf parasimpatis postganglion). Efek ACh langsung ke jantung berupa inotropik, kronotropik, dan dromotropik negatif (bradikardia, AV block, CO menurun, QT memanjang). Namun stimulasi ACh di ganglion simpatis juga menghasilkan NE dan Epinefrin." Jawab dr Fillipus.

Sebaran parasimpatis jantung banyak di supraventrikel, sedangkan di ventrikel mempunyai banyak reseptor simpatis. Sehingga efek peningkatan ACh di jantung sering unexpected, slowing di supraventrikel namun bisa terjadi ventricular arrhythmia karena kadar NE dan Epinefrin meningkat. Selain itu obat otonomik indirect selalu tidak selektif sehingga menimbulkan efek-efek di tempat lain yang tidak diharapkan. Berikut beberapa laporan penelitian efek dari AChE inhibitor ke kardiovaskuler.

  1. Malone & Lindesay (2007)
  2. Suleyman dkk (2006)
  3. Hogan (2014)

Terapi Farmakologis Supraventrikular Takikardia

Kasus supraventricular arrhythmia mempunyai banyak modalitas terapi. Jika terdapat SVT yang stabil, maka terapi awalnya adalah manuver vagal (class I, LoE B). Ada banyak manuver vagal, namun yang direkomendasikan adalah pijat sinus karotis. Manuver lain yang bisa dicoba dan cukup aman adalah batuk-batuk, reflek muntah, facial immersion, valsava, atau modified valsava. Memang angka keberhasilannya tidak tinggi (sekitar 20% pada kasus typical AVNRT).

Selanjutnya jika vagal maneuver tidak berhasil dapat diberikan CCB non dyhidropyridine (seperti diltiazem atau verapamil) (class I, LoE A). Verapamil lebih efektif namun diltiazem lebih banyak ditemukan di praktek sehari-hari.

Dosis diltiazem untuk terapi SVT adalah 0,25 mg/kgBB, diberikan bolus lambat dalam 2 menit (pastikan tidak ada kontraindikasi diltiazem seperti gagal jantung advanced). Amiodaron (class IIb, LoE C) dan digoxin juga dapat menjadi alternatif terapi pilihan.

Jika praktek di daerah perifer dimana obat-obat kardiovaskuler injeksi sangat sulit didapatkan, dapat juga memakai diltiazem oral 120 mg atau propranolol oral 80 mg atau kombinasi keduanya. Jika sangat terpaksa, dapat juga menggunakan lidocain 1 mg/kgBB bolus lambat dalam 2 menit.

Dibawah ini rangkuman aspek farmakologis beberapa obat yang dapat diberikan untuk pasien SVT

  1. Lidokain. Indikasi: dapat diberikan pada kasus-kasus takikardi atau takiaritmia dan henti jantung dengan irama VF/VT sebagai terapi alternatif amiodaron. Cara pemberian: dosis awal 1-1.5 mg/kgBB, bisa diulang 10-15 menit kemudian, dengan dosis maksimum sebanyak 3 kali atau total dosis 3 mg/kgBB, pada kasus henti jantung dosis tunggal 1,5 mg/kgBB/IV. Perhatian: pemberian dihentikan jika menimbulkan tanda-tanda toksisitas, dosis dikurangi pada psien dengan fungsi hati yang menurun, maupun fungsi ventrikel yang menurun. Pemberian dengan tujuan pencegahan infark miokard akut tidak disarankan.
  2. β Blocker. Golongan Penyekat β yang dapat diberikan antara lain:
  • Propanolol. Indikasi : dapat diberikan pada kasus takikardi atau takiaritmia, angina pectoris tidak stabil, dan infark miokard akut sebagai anti angina. Cara pemberian : total dosis 0.5 mg-1 mg/kgBB selama 1 menit diulang sampai total 0,1 mikrogram/kgBB/menit, diberikan IV lambat dibagi dalam 3 pemberian dengan interval waktu 2-3 menit, dosis oral 10-20 mg selama 6-18 jam. Perhatian : dapat menyebabkan depresi miokard, tidak boleh diberikan pada blok AV derajat II dan III, syok kardiogenik, dan asma
  • Metoprolol. Indikasi : dapat diberikan pada kasus takikardi atau takiaritmia, angina pectoris tidak stabil, dan infark miokard akut sebagai anti angina. Cara pemberian: dosis awal 5 mg IV setiap 5 menit secara lambat dan dapat diulang 3 kali. Dititrasi sesuai dengan denyut jantung dan tekanan darah, dosis oral 25-50 mg selama 6-12 jam, kemudian setelah 2-3 hari dinaikkan 2 kali dosis awal, dapat dititrasi sampai dosis 200 mg/hari. Perhatian : dapat menyebabkan depresi miokard,tidak boleh diberikan pada blok AV derajat II dan III, syok kardiogenik, dan asma.

Di bawah ini adalah sebuah video yang menjelaskan tatalaksana takiaritmia stabil (QRS lebar) sesuai Algoritma ACLS

Penanganan yang dilakukan secara cepat, cermat,tepat, dan berkelanjutan merupakan salah satu modal keberhasilan terapi pada kasus SVT. Semoga Bermanfaat^^


Sponsored Content

Bukan rahasia umum, EKG adalah kompetensi "penting" dokter umum. Tidak hanya pada kasus nyeri dada spesifik (kecurigaan Sindroma Koroner Akut), ilmu EKG diperlukan untuk banyak kasus kegawatdaruratan lain (misal Supraventrikular Takikardia).

Kemarin tim DokterPost.com minta dr. Ragil Nur Rosyadi, SpJP untuk ngajari sejawat DokterPost.com tentang bagaimana biar sejawat bisa MAHIR BACA EKG. Ini video contoh analisis kasus blok jantung dari dr Ragil, SpJP

Videonya gedhe banget, hampir 7 GB. Biar sejawat di Papua dan Indonesia Timur yang lain bisa ikut belajar juga, akhirnya kami putuskan untuk distribusikan videonya dalam bentuk DVD.

Yang mau pesan MAHIR BACA EKG (BASIC-Non Aritmia-Aritmia), bisa kontak kami disini ya

SMS/WA 085608083342 (Yahya) atau kontakin.com/dokterpost

Ada bonus akses ke Group Belajar EKG untuk setiap pemesanan DVD Mahir Baca EKG Lengkap^^

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....