KlinikMart: Belajar Dari Mayo Clinic (1)

Image Description
Admin Dokter post
Jul 05, 2015
Shareasimage 82 stripalllossy1ssl1

Sepertinya core values Mayo Clinic, "The needs of the patient come first†bisa dipertahankan selama hampir satu abad sejak pertama kali diartikulasikan oleh William J. Mayo di tahun 1910.

–Hermawan Kertajaya–

Saya tidak bisa berbohong, salah satu inspirasi saya bercita-cita membangun sebuah klinik adalah artikel Hermawan Kertajaya tentang Mayo Clinic.

Kesukaan saya pada tulisan-tulisan Hermawan Kertajaya sudah dimulai sejak SMA. Saat SMA saya aktif di beberapa kegiatan berbau sains IPA. Tapi, diam-diam saya suka baca buku kakak sepupu yang kuliah manajemen, buku Marketing. Salah satunya buku-buku Hermawan Kertajaya.

Sekitar tahun 2008, saya secara "aktif" mengikuti tulisan Pak Hermawan yang dimuat di Kompas online. Saat itu Pak Hermawan sedang mempromosikan buku terbarunya, New Wave Marketing kalo nggak salah.

Dalam salah satu artikel, diceritakan Pak Hermawan sedang check up ke Mayo Clinic, di Minnesota, USA. Dia terkesan karena saat dia datang, dia tidak perlu antri. Bahkan seorang dokter sudah datang lebih dulu, duduk menunggu kedatangan pasien ini!

Saat itu beliau bercerita, rasanya seperti jadi "Presiden sehari". Dokter tersebut ternyata adalah koordinator tim dokter yang akan menangani Pak Hermawan. Namanya Salma Iftikhar, MD. Setelah berbincang Pak Hermawan kemudian diajak ke suatu ruangan periksa.

Dokter Salma melakukan anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik kepada Pak Hermawan. Kemudian dia memasukkan data klinis ke komputer. Dokter Salma selanjutnya menentukan pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan dan dokter spesialis mana saja yang akan dihubungi.

Setelah berbagai tes dilakukan, hasil tes akan secara otomatis diinput ke komputer dan didistribusikan ke semua dokter, jumlahnya 5 dokter. Hebatnya, semua dokter dapat membaca hasil tes tersebut secara real time saat itu juga. Komentar dari masing-masing dokter juga dapat langsung diinput ke komputer dan dapat dibaca semua dokter lain, juga secara real time!

Pemeriksaan yang awalnya dijadwalkan 5 hari, sudah selesai dalam 3 hari. Cerita itu terjadi tahun 2008 akhir! Proses bisnis yang nyaman dan menyenangkan untuk pasien, efektif untuk dokter dan efisien untuk Mayo Clinic.

Itu tadi sekelumit cerita bagaimana inovasi menjadi "ruh" keberhasilan Mayo Clinic menjadi #2 America’s Best Hospital tahun 2009. Mayo Clinic berinvestasi besar untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik bagi pasiennya.

Sepertinya core values Mayo Clinic, "The needs of the patient come first†bisa dipertahankan selama hampir satu abad sejak pertama kali diartikulasikan oleh William J. Mayo di tahun 1910. Begitu kesimpulan Hermawan Kertajaya terhadap buku Professor Leonard L. Berry, “Management Lessons from Mayo Clinicâ€.
___________________

Mayo Clinic adalah role model yang sudah lama saya impikan. Berawal dari praktek pribadi Dr. William Mayo, di kota kecil Minnesota, saat ini Mayo Clinic sudah menjadi Rumah Sakit besar yang didukung 55 ribu dokter!

Mayo Clinic telah menciptakan sistem yang connected di akhir tahun 2008! Bagi Mayo Clinic, berinvestasi dalam Sistem Informasi Manajemen/IT bukan sebuah liabilitas/beban. Investasi dalam IT untuk mendukung kinerja Mayo Clinic adalah investasi penting untuk bersaing memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, untuk berkomitmen pada core values mereka. Itu adalah sebuah bukti bahwa core values tersebut telah mengakar menjadi budaya organisasi di setiap elemen.

Terkadang saya miris, melihat realitas bahwa Rumah Sakit/Klinik di Indonesia masih enggan berinvestasi di IT. Padahal itu akan menentukan juga kenyamanan dan kepuasan pasien berobat. Saya bertekad suatu saat nanti di Indonesia harus ada klinik kesehatan yang mengusung 3 prinsip: commitment, cultured dan connected.

Commitment, artinya klinik kesehatan tersebut berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pasien. Cultured, artinya budaya menjunjung tinggi pasien harus mengakar di semua elemen. Connected, artinya klinik kesehatan itu memiliki infrastruktur teknologi informasi yang kuat untuk mendukung kegiatan pelayanan yang saling terhubung. Sederhananya, Indonesia harus memiliki Klinik kesehatan sekelas Mayo Clinic.

Saya percaya mimpi besar itu dapat diraih dengan satu prinsip, start small and think big. Jika sejawat sekalian dapat bersatu, tentu seberat apapun beban yang harus dipikul akan dapat menjadi ringan.

Salam Sejawat!!!

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....