Bukan rahasia umum bahwa dokter adalah pekerjaan yang "berat", teruama di daerah dengan load pasien yang sangat tinggi.
Ada seorang sejawat dokter di Puskesmas yang dalam satu hari harus menangani 100 pasien. Seorang internis di Surabaya, harus menghadapi 150 pasien BPJS/hari. Dan seorang dokter anestesi di Jakarta, bekerja 18 jam sehari mengangai pasien kritis di ICU.
Tentu dokter-dokter dengan load pasien yang sangat tinggi ini sangat bermanfaat hidupnya, berapa aja pasien yang berhasil diselamatkan karena keahliannya. Namun, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kapasitas fisik dokter tersebut. Sebuah dogma universal, "semua yang berlebihan tidak baik".
Skrinning EKG untuk Dokter
Sebenarnya skrinning EKG sudah dilakukan rutin di setiap fakultas kedokteran yang menyelenggarakan pendidikan dokter, include dalam tes kesahatan seleksi penerimaan mahasiswa baru. Bahkan skrinning klinis dan laboratorium juga dilakukan untuk melengkapi data kesehatan calon dokter. Termasuk dalam hal ini calon PPDS.
Namun, entah karena tidak ada waktu atau alasan tertentu, tidak semua dokter melakukan medical check up tahunan. Akibatnya sering kali dokter memiliki penyakit yang tidak diketahui, dan celakanya dapat membahayakan kesehatan dokter.
Salah satu yang populer baru-baru ini adalah kasus kematian dr S, seorang spesialis anestesi yang diduga disebabkan oleh Brugada Syndrome.
Brugada Syndrome Dapat Dikenali Lebih Dini dengan Skrinning EKG
Brugada Syndrome adalah abnormalitas listrik jantung, bersifat bawaan, dan dapat menyebabkan cardiac sudden death saat pasien terlelap tidur. Kelainan ini sering kali terjadi pada pasien laki-laki muda usia 30-an tahun.
Pada pasien Brugada Syndrome, sering kali tampilan klinisnya sehat-sehat saja. Tidak ada kelainan klinis yang berarti. Bahkan jika dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terkait faktor risiko jantung koroner, dapat ditemukan faktor risiko rendah.
Brugada Syndrme sebenarnya dapat dideteksi dengan elektrokardiografi (EKG). Kelainan yang muncul dari pemeriksaan EKG adalah adanya Right Bunddle Branch Block (RBBB) dengan elevasi segmen ST di V1-V3.
Skrinning EKG penting untuk menjaring pasien yang mungkin menderita Brugada Syndrome. Namun yang penting diingat, diagnosis harus dibuat dengan tetap memperhatikan aspek klins terkait. Penjelasan tentang diagnosis klinis Brugada Syndrome dapat kamu baca lebih lanjut di sini.
Fibrilasi ventrikel adalah komplikasi Brugada Syndrome yang diduga sering menyebabkan Suddenn Cardiac Death pada pasien. Fibrilasi ventrikel pada pasien Brugada Syndrome sering kali tercetus saat pasien sedang dalam posisi tidur. Tatalaksana pasien Brugada Syndrome yang mengalami fibrilasi ventrikel adalah dengan defibrilator. Penjelasan lebih lengkap tentang tatalaksana fibrilasi ventrikel dapat kamu baca di artikel ini
Saya Brugada Syndrome, Apa yang Bisa Saya Lakukan?
Sampai saat ini terapi farmakologis tidak terbukti mampu mencegah aritmia pada pasien Brugada Syndrome. Satu-satunya modalitas terapi yang direkomendasikan adalah pemasangan ICD (implantable cardioverter defibrilator).
Bagaimana dengan pasien Brugada Syndrome yang tidak ada keluhan sama sekali? Haruskah ditanam ICD yang berharga lebih dari 20 ribu dollar AS?
Pada pasien Brugada Syndrome tanpa keluhan, disarankan pemeriksaan elektrofisiologi jantung untuk mengetahui apakah pasien memiliki potensi munculnya aritmia malignant. Bila memang aritmia dapat tercetus, pemasangan ICD dapat dilakukan.
Yang paling penting adalah tetap aware dengan keluarga terdekat. Jika, ada keluarga yang memiliki riwayat pingsan berulang, ada baiknya kamu curiga suatu penyakit serius, sampai terbukti bukan. Salah satu differensial diagnosis-nya adalah Brugada Syndrome (Baca Diferensial Diagnosis Sinkop yang lain di sini). Karena Brugada Syndrome adalah penyakit genetik, kamu harus aware bahwa kamu mungkin mengidapnya juga.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Bukan rahasia umum, EKG adalah kompetensi "penting" dokter umum. Tidak hanya pada kasus nyeri dada spesifik (kecurigaan Sindroma Koroner Akut), ilmu EKG diperlukan untuk banyak kasus kegawatdaruratan lain (misal Henti Jantung dan Aritmia).
Kemarin tim DokterPost.com minta dr. Ragil Nur Rosyadi, SpJP untuk ngajari sejawat DokterPost.com tentang bagaimana biar sejawat bisa MAHIR BACA EKG. Ini salah satu cuplikan videonya tentang kelainan EKG Aritmia
Videonya gedhe banget, hampir 20 GB. Biar sejawat di Papua dan Indonesia Timur yang lain bisa ikut belajar juga, akhirnya kami putuskan untuk distribusikan videonya dalam bentuk DVD.
Yang mau pesan MAHIR BACA EKG (BASIC-Non Aritmia-Aritmia), bisa kontak kami disini ya
kontakin.com/dokterpost atau SMS/WA Yahya (0856-0808-3342)