7 Jul 2016 • Kardiologi
Hipertensi emergensi (Kegawatan hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah (TD) yang tinggi secara mendadak. Keadaan tersebut dimasukan kedalam kategori hipertensi krisis bersama sama dengan hipertensi urgensi (kedaruratan hipertensi).
Hipertensi emergensi ditandai dengan TD yang sangat tinggi (hipertensi berat). Biasanya tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 180 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 110 mmHg, yang disertai penyakit akut pada organ target seperti kardiak, serebral dan renal. Hipertensi emergensi membutuhkan penurunan TD secepatnya, biasanya dalam hitungan jam, yang dapat dicapai dengan pemberian anti-hipertensi (parenteral) dosis tertentu.
Bila hipertensi emergensi ditemukan tanpa penyulit pada organ target, TD dapat diturunkan dalam 24-48 jam. Pada kondisi tersebut target TD dapat dicapai dengan pemberian anti-hipertensi secara oral. Kedaruratan hipertensi dapat memburuk bila tidak diobati dengan segera.
Artikel ini kami ragkum dari Buku EIMED Kegawatdaruratan Biru, dengan mengedepankan aspek klinis (Diagnosis Klinis, Pemeriksaan penunjang dan terapi). Untuk penjelasan lebih lanjut dapat sejawat baca lebih lanjut dalam buku EIMED Kegawatdaruratan Biru.
Diagnosis klinis hipertensi emergensi secara sederhana dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tekanan darah. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperkuat diagnosis klinis, mencari target organ yang terlibat dab mencari faktor resiko.
Setidaknya ada 9 pertanyaan atau data yang harus digali untuk menegakkan diagnosis klinis hipertensi emergensi. Beberapa variasi untuk pengembangan penyelidikan perlu dilakukan, bergantung pada kondisi klinis pasien.
Pemeriksaan fisik pada hipertensi emergensi memiliki dua tujuan utama: pengukuran TD untuk menegakkan diagnosis klinis dan pemeriksaan fisik untuk menyelidiki target organ yang terlibat.
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi emergensi dilakukan terutama untuk mendeteksi target organ yang terlibat. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara menyeluruh: mulai dari otak sampai fungsi ginjal (renal).
Pada kasus hipertensi emergensi, salah satu komplikasi yang sering ditemukan adalah infark miokard akut. Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi infark miolard akut pada pasien hipertensi emergensi adalah elektrokardiografi (EKG) dan enzim biomarker jantung.
Di Puskesmas dan klinik pratama, enzim biomarker jantung sulit diakses. Sehingga jika punya EKG dan dapat membaca hasilnya, akan sangat membantu dalam diagnosis infark miokard akut. Karena dengan ditemukannya gambaran EKG ST Elevasi saja, pasien sudah bisa didiagnosis sebagai Infark Miokard Akut (tepatnya STEMI) untuk mendapat "cocktail" sindroma koroner akut dan dirujuk untuk fibrinolitik atau PCI.
=
Sponsored Content
Bukan rahasia umum, EKG adalah kompetensi "penting" dokter umum. Tidak hanya pada kasus nyeri dada spesifik (kecurigaan Sindroma Koroner Akut), ilmu EKG diperlukan untuk banyak kasus kegawatdaruratan lain (misal Henti Jantung dan Aritmia).
Kemarin tim DokterPost.com minta dr. Ragil Nur Rosyadi, SpJP untuk ngajari sejawat DokterPost.com tentang bagaimana biar sejawat bisa MAHIR BACA EKG. Ini salah satu cuplikan videonya tentang sindroma koroner akut
Videonya gedhe banget, hampir 7 GB. Biar sejawat di Papua dan Indonesia Timur yang lain bisa ikut belajar juga, akhirnya kami putuskan untuk distribusikan videonya dalam bentuk DVD.
Yang mau pesan MAHIR BACA EKG (BASIC-Non Aritmia-Aritmia), bisa kontak kami disini ya
SMS/WA 085608083342 (Yahya) atau kontakin.com/dokterpost
=
Secara sederhana, terapi hipertensi emergensi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: Terapi Non-Farmakologis dan Terapi Farmakologis.
Det rendah garam (Natrium klorida) adalah modifikasi gaya hidup yang pertama kali harus diintervensi. Asupan Natrium Klorida yang dianjurkan tidak boleh lebih dari 4 gram/hari (idelanya berkisar antara 1,5-3,8 gram/hari). Selain diet rendah garam, pasien hipertensi emergensi juga dianjurkan banyak mengkonsumsi diet tinggi serat 8-10 kali penyajian/hari. Diet sehari-hari pasien hipertensi emergensi juga harus rendah lemak dan kolesterol.
Kegawatan hipertensi membutuhkan penurunan TD yang cepat, biasanya dalam waktu 1 jam, dengan target penurunan TD rata-rata 20-25% dan/atau target TDD 110-115 mmHg. Bila target penurunan ini dapat dicapai dan kondisi pasien stabil, penurunan tekanan darah dapat dilanjutkan sampai normal dalam 12-24 jam berikutnya.
Penurunan TD terlalu cepat atau terlalu rendah akan memperburuk aliran darah ke organ target. Pada kasus diseksi aorta, target tekanan darah lebih rendah dengan waktu pencapaian yang lebih singkat.
Obat anti-hipertensi yang ideal untuk hipertensi emergensi adalah obat parenteral yang bekerja cepat, mudah dititrasi dengan efek samping minimal. Obat yang dipilih disesuaikan dengan penyakit penyerta yang ada serta organ target yang terkena.
Kami merangkum 4 obat antihipertensi parenteral yang dapat digunakan sebagai terapi hipertensi emergensi. List obat yang lebih lengkap dapat sejawat baca di Buku EIMED Kegawatdaruratan Biru.
Semoga Bermanfaat^^
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟