24 Oct 2017 • Internal Medicine
Misdiagnosis infark miokard akut yang berujung pada kematian adalah tuntutan malpraktik terbanyak dalam sejarah hukum Amerika Serikat. Pelberg (1989) melaporkan setidaknya ada 64 kasus misdiagnois infark miokard akut. Mortality rate di antara 64 kasus tersebut mencapai 83% (4 dari 5 meninggal).
Beberapa penyebab misdiagnosis yang berhasil diidentifikasi di antaranya adalah
Tiga hal di atas berdampak serius terhadap outcome klinis pasien di IGD, bahkan berimplikasi fatal. Sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari dokter di IGD.
Sebuah review yang menarik ditulis di ebmedicine tentang pitfall tatalaksana STEMI di Instalasi Gawat Darurat. Tulisan tersebut merangkum hal-hal yang sering menjadi kesalahan fatal dokter dalam menangani pasien STEMI, sehingga berujung pada kematian pasien.
Sebuah penelitian sistematis juga dilakukan chan dkk (1998) mengidentifikasi faktor-faktor paling krusial yang menyebabkan misdiagnosis pasien infark miokard akut. Beberapa kesalahan fatal tatalaksana infark miokard akut dirangkum dalam tulisan ini
Jika mendasarkan pada guideline AHA, paling lama pasien dengan presentasi nyeri dada harus menjalani pemeriksaan ECG < 10 menit sejak datang di IGD. Sering kali keterlambatan pemeriksaan ECG akan menyebabkan gambaran ST Elevasi tidak "tertangkap". Hal ini karena gambaran ECG pada pasien sindroma koroner akut berevolusi, sehingga keterlambatan pemeriksaan ECG bisa berarti misdiagnosis yang berakibat fatal
Diabetes mellitus adalah underlying disease yang berhubungan erat dengan infark miokard akut. Sayangnya, pada beberapa pasien dengan komplikasi neuropati diabetes sering kali presentasi klinis pasien tidak khas. Misalnya pasien hanya mengeluh sebah, masuk angin atau nyeri perut. Padahal jika dilakukan ECG, tidak jarang dapat ditemukan kelainan yang signifikan (ST Elevasi, ST Depresi, T inversi).
Ini adalah salah satu masalah yang banyak dihadapi dokter di IGD atau Puskesmas. ALat ECG ada, namun misinterpretasi. Tidak jarang berbagai kelainan ECG yang tidak khas tidak terbaca oleh dokter. Misalnya kelainan LBBB yang memenuhi kriteria Sgarbossa, sering kali tidak dikenali dokter IGD atau Puskesmas sebagai Infark Miokard Akut. Pernah dilakukan survey, hanya 2 dari 10 dokter yang berhasil mengidentifikasi LBBB (yang memenuhi kriteria Sgarbossa) sebagai kelainan ECG infark miokard akut.
Sering kali, misdiagnosis infark miokard akut terjadi karena dokter IGD atau Puskesmas tidak melakukan ECG serial. ECG serial penting untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama pasien mengalami proses infark miokard. Jika tidak ada perubahan serial (perbaikan atau perburukan) bisa jadi justru pasien bukan infark miokard (baca DD STEMI). Sebaliknya, tidak jarang pasien dengan nyeri dada yang khas, ECG pertama menunjukkan gambaran ECG yang tidak khas, namun ketika diulang beberapa jam kemuadian muncul gambaran ST Elevasi yang khas. Beberapa kasus yang dikosultasikan TS di Group Belajar EKG ketahuan STEMI setelah dilakukan ECG serial, dengan bimbingan dr Wahyudi, SpPD
Ada kalanya, ketika pasien sudah tegak diagnosis STEMI, namun terapi tidak dapat dilakukan secara cepat. Misalnya nyeri dada onset < 1 jam yang sebenarnya masih bisa primary PCI, namun karena fasilitas jauh maka pasien tidak bisa dirujuk. Pilihannya adalah diterapi secara konservatif, karena trombolitik pun tidak semua faskes punya. Penundaan terapi ini tidak jarang yang berakibat fatal berujung kematian.
Semoga tidak banyak kasusnya, namun tidak satu dua kali dijumpai ada TS yang memberikan terapi yang inappropriate. Misalnya pada pasien dengan nyeri dada spesifik, teraba nadi cepat dengan tekanan darah 70 palpatoir. Dari hasil ECG sebenarnya dapat diketahui pasien mengalami infark di ventrikel kanan. Namun, TS masih juga memberikan "koktail" lama MoNACo (Morfin, Nitrat, Asetosal, Clopidogrel). Kandungan nitrat (ISDN) akhirnya membuat tekanan darah semakin turun dan pasien meninggal. Algoritma tatalaksana sindroma koroner akut secara lengkap dapat kamu pelajari di DVD Sindroma Koroner Akut.
Memang berdasar data epidemiologis, hanya 3% pasien penyakit jantung koroner (PJK) berusia kurang 45 tahun. Namun, tentu nyeri dada akut tidak bisa diremehkan pada populasi muda, karena mungkin sebenarnya telah terjadi infark miokard akut. Pada populasi dewasa muda dengan nyeri dada spesifik, ECG tetap harus dilakukan < 10 menit dari kedatangan pasien di IGD. Memang, dr Ragil SpJP telah memberikan "rambu-rambu" untuk assesment faktor risiko pasien PJK, namun kewaspadaan tetap harus diutamakan.
Demikian 7 kesalahan fatal tatalaksana Infark Miokard Akut. Artikel di atas hanya dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan kita dalam menghadapi kasus infark miokard akut. Persiapan yang cukup (knowledge, skill dan resources) akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menyelamatkan nyawa pasien infark miokard akut.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Kamu bisa pelajari Tatalaksana Infark Miokard Akut lebih lanjut di DVD Sindroma Koroner Akut (dr Ragil, SpJP). Ada sebuah video 60 menit yang menjelaskan tentang
Harganya cuma Rp 156.000,00 (Belum Ongkir)
Berita baiknya, setiap pembelian DVD Sindroma Koroner Akut dan DVD Cardiac Prevention (312 ribu) via Yahya, kamu akan dapat bonus
DVD Cardiac Emergency (Review singkat ACLS dengan Metode Pembahasan Kasus yang Menarik)
Ebook Diagnosis Decomp Cordis
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Akut
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
DVD Kumpulan Poster Prolanis (Bisa kamu cetak sendiri buat Puskesmas atau Rumah Sakitmu)
Mau pesan? SMS/WA saja ke 0856 0808 3342 (YAHYA)
Bisa juga WA Yahya via klik link order ini
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟