Skrining Penyakit Kardiovaskular: Pemeriksaan Laboratorium hs-CRP

Image Description
Admin Dokter post
Feb 26, 2016
img description

Penyakit kardiovaskular (PKV) terutama penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke diprediksi akan tetap menjadi penyebab kematian utama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang berproses sepanjang hidup.

Dokter membutuhkan sarana penunjang untuk bisa mengidentifikasi individu yang berisiko terkena Penyakit kardiovaskular. Biomarka menjanjikan kemampuan yang lebih tinggi bagi dokter untuk mendeteksi individu berisiko tinggi, mendiagnosis Penyakit kardiovaskular secara dini dan tepat, menentukan terapi dan prognosisnya, serta mengevaluasi keberhasilan terapi.

Artikel ini hanya akan membahas biomarka paling populer untuk skrinning Penyakit kardiovaskular yaitu hs-CRP (high sensitive C- reactive protein) yang telah terbukti akurat dan terpercaya untuk skrinning Penyakit kardiovaskular.

PEMERIKSAAN BIOMARKA PADA PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Untuk menggambarkan pentingnya biomarka Penyakit kardiovaskular pada suatu perjalanan penyakit, diilustrasikan biomarka yang dapat diperiksa pada perjalanan sindrom koroner akut. Perjalanan penyakit jantung koroner dari mulai terjadinya plak hingga sindrom koroner akut.

PEMERIKSAAN HS-CRP (high sensitivity C-reactive protein)
Pemeriksaan biomarka ini merupakan pemeriksaan uji inflamasi yang paling banyak diteliti untuk prediksi Penyakit kardiovaskular. protein ini merupakan ‘acute phase reactant’ yang non spesifik dan dapat meningkat beberapa ribu kali lipat konsentrasinya sebagai reaksi cepat-tanggap terhadap infeksi dan inflamasi.

Protein ini diproduksi oleh jaringan hati dan endothelium. Konsentrasi hs-CRP yang meningkat berkolerasi dengan risiko Penyakit kardiovaskular, tetapi tidak berkolerasi dengan proses ateosklerosis pada subjek normal.

Inflamasi berperan besar dalam proses aterotrombosis, dan pengukuran biomarka inflamasi, seperti hs-CRP bisa memberikan metode baru mendeteksi individu dengan risiko ruptur plak aterosklerosis.

Beberapa penelitian dasar membuktikan peran hs-CRP dalam regulasi sel endotel, otot polos vaskuler, fungsi monosit dan makrofag, biologis matriks dan proses koagulasi. Semua efek biologis tersebut akan mengakibatkan aterogenesis.

Beberapa penelitian prospektif skala besar juga membuktikan bahwa hs-CRP merupakan prekdiktor independen utama untuk infark miokard dan stroke pada populasi subjek normal. Pemeriksaan tambahan hs-CRP pada skrining lipid dapat menambah nilai prediksi risiko global diantara subjek dengan konsentrasi kolestrol normal sampai yang tinggi.

Pengukuran hs-CRP direkomendasikan pada kelompok pria berumur lebih dari 50 tahun dan wanita berumur lebih dari 60 tahun yang digolongkan sebagai kelompok risiko – sedang (mempunyai risiko absolut antara 10-19% sesuai dengan skoring Framingham) dan juga pada subjek yang belum di rekomendasikan mendapat terapi pencegahan dengan statin (jika konsentrasi LDL-C<3,5 mmo1/L).

Telah terdapat bukti ilmiah pada kelompok tersebut, bahwa obat statin memberikan manfaat klinis pada subjek dengan risiko sedang yang konsentrasi kolestrolnya normal, tetapi konsentrasi hs-CRP>2,0 mg/L. (kelas-I A)

Kelompok kerja dari American Heart Association (AHA) dan Centres for Disease Control (CDC) menerbitkan suatu paduan (guideline) tentang biomarka inflamasi, termasuk Penyakit kardiovaskular, dan menyimpulkan bahwa pemeriksaan hs- CRP dapat dilakukan untuk skrining penderita yang di golongkan kelompok risiko sedang (berdasarkan skoring Framingham atau lainnya), terutama bila belum ada kepastian untuk diberikan terapi pencegahan.

Ditentukan bahwa nilai < 1,0 mg/L digolongkan sebagai kelompok risiko rendah, nilai antara 1,0 -3,0 mg/L digolongkan sebagai risiko sedang, dan nilai > 3,0 mg/L digolongkan sebagai risiko tinggi. Jika nilai >10 mg/L, maka diklasifikasikan sebagai kelompok dengan risiko yang amat tinggi.

Ada beberapa keterbatasan interprestasi pemeriksaan hs-CRP, yaitu non-spesifik, bisa meningkat konsentrasi nya dalam keadaan infeksi akut atau trauma. Supaya akurat, pemeriksaan hs-CRP jangan dilakukan pada kedua kondisi tersebut.

Hasil pemeriksaan hs-CPR pada beberapa kelompok etnis juga menjadi relatif, tetapi bagaimanapun dengan pemeriksaan biomarka ini lebih "murah" dan efisien dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya, seperti magnetic resonance imaging (MRI) atau electron beam calcium scanning. Pemeriksaan hs-CRP sebagai skrining risiko Penyakit kardiovaskular pada subjek yang belum mengindap Penyakit kardiovaskular.

Semoga bermanfaat

Referensi: 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskuler (FK UI)


=
Sponsored Content

Apa yang harus diketahui dokter umum di faskes primer tentang penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler?

Dua buku ciamik tentang "5 Rahasia Penyakit Kardiovaskuler" (FK UI) dan "Manajemen Komprehensif Hipertensi" (FK UNAIR) akan menjawab banyak pertanyaan sejawat tentang bagaimana berperan sebagai dokter umum di faskes primer dalam penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler.

Sudah tau kan kemana pesannya? 🙂

Langsung aja SMS/WA 081234008737!!!

Related articles

  • Oct 12, 2016
Adult Cardiac Life Support (1): Tatalaksana Henti Jantung akibat Fibrilasi Ventrikel

Infark miokard akut (IMA) masih merupakan salah satu pembunuh nomor 1 di Indonesia. Salah satu...

  • Jul 07, 2016
Diagnosis dan Terapi Hipertensi Emergensi

Hipertensi emergensi (Kegawatan hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah (TD) yang tinggi...

  • Jun 26, 2016
Jangan Resepkan Kombinasi ARB/ACE Inhibotor Ya!

Kemarin, saya ditanya oleh seorang adik sejawat yang akan mengikuti tes UKMPPD (Ujian Kompetensi...