Diagnosis dan Terapi Nyeri Kepala di Puskesmas

Image Description
Admin Dokter post
Feb 27, 2018
Img 61e763a30773f stripalllossy1ssl1

Nyeri adalah sesuatu yang bersifat subjektif. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan tersering yang membawa seseorang untuk berobat. Karena sering dianggap sebagai suatu yang sering terjadi, pasien dengan nyeri kepala lebih dulu berobat ke fasilitas kesehatan primer.

Nyeri kepala mempunyai range diagnosis banding yang luas, mulai dari yang sederhana kompetensi 4 untuk dokter umum, hingga nyeri kepala yang perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Diagnosis dan Terapi Nyeri Kepala di Puskesmas

Nyeri kepala merupakan gejala dari berbagai macam penyakit ringan hingga berat. Nyeri kepala timbul sebagai hasil rangsangan terhadap area di kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Area yang peka terhadap nyeri adalah otot-otot oksipital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutan, dan periosteum.

Nyeri kepala dapat diklasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan sekunder. Nyeri kepala primer disebabkan oleh fokus primer di kepala, yang termasuk nyeri kepala primer adalah migrain, tension type headache, cluster hedache, dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder berhubungan dengan faktor eksternal.

Nyeri kepala sekunder termasuk yang disebabkan oleh trauma kepala atau leher, kelainan vaskular, nonvaskular intrakranial, zat dan reaksi withdrawal, infeksi, kelainan homeostasis, kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur craniofacial lainnya, dan nyeri yang berkaitan dengan psikiatrik. Artikel ini secara khusus membahas nyeri kepala primer.

TTH-HAJI-SOCRATESS

Anamnesis yang tepat dan terarah dapat mengerucutkan dugaan tipe nyeri kepala. Jembatan keledai yang terkenal untuk anamnesis nyeri kepala adalah HSOCRATES: History, Site, Onset, Character, Radiation, Associated symptoms, Timing, Exacerbating and relieving, Severity, dan State of health between attacks.

Diagnosis Banding Nyeri Kepala

Migrain

Migrain adalah nyeri kepala primer berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Migrain mempunyai karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang hingga berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik, diikuti dengan keluhan mual, fotofobia, atau fonofobia.

Migrain lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria dalam jangkauan umur 18-40 tahun. pada wanita, ditemukan bahwa migrain berhubungan dengan menstruasi dan cenderung berkurang saat hamil. Migrain dibagi menjadi 4 fase yaitu prodromal, aura, headache, dan postdromal.

Migrain dapat dicetuskan oleh faktor hormonal (menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, hormonal replacement therapy), diet (alkohol, MSG, aspartame, coklat, keju), fisik atau lingkungan (glare, flashing light, stimulasi visual, fluorecent, lighting, bau, perubahan cuaca, ketinggian), psikologis (stres, kecemasan, depresi, after stress period), kelebihan atau kurang tidur, trauma kepala, kelelahan, dan obat (nitrogliserin, histamin, reserpin, hidralazin, ranitidin, dan estrogen).

Tipe nyeri kepala ini dapat dibagi menjadi 2 subtype besar yaitu migrain dengan aura dan migrain tanpa aura.

Terapi Migrain

Tatalaksana migrain dibagi menjadi langkah umum, terapi abortif, dan terapi preventif. Langkah umum tatalaksana migrain adalah menghindari pencetus nyeri. Pencetus nyeri dapat berbeda pada masing-masing pasien.

Terapi abortif dibagi lagi menjadi terapi nonspesifik dan spesifik. Antinyeri over the counters dapat diberikan yaitu NSAID. NSAID yang direkomendasikan adalah aspirin, paracetamol, atau ibuprofen.

Terapi spesifik mulai diberikan apabila pasien tidak berespon baik pada NSAID. Terapi spesifik yang dapat diberikan yaitu golongan triptan, ergotamin. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotofobia, dan fonofobia sehingga dapat mengurangi disabilitas pasien. Dosis awal sumatriptan adalah 50 mg dengan dosis maksimal 200 mg dalam 24 jam.

Terapi preventif diberikan apabila pasien sering mengalami episode migrain. Terapi preventif diberikan sebelum timbulnya gejala.


Sponsored Content

Buku Rekomendasi Persiapan PPDS Neuro

duus-ppds-neuro

Pemesanan via WA 085608083342 Yahya atau klik link order ini


Tension Type Headache

Tension type headache (TTH) adalah rasa nyeri yang dalam, seperti tertekan benda berat, atau terikat erat, umumnya bilateral yang pada awalnya timbul secara episodik dan terkait dengan stres. Semakin lama TTH dapat muncul setiap hari dan menjadi nyeri kepala kronis. Perdossi mengklasifikasikan TTH menjadi:

  1. TTH episodik infrequent
  2. TTH episodik frequent
  3. TTH kronik
  4. Possible TTH

TTH dapat disebabkan oleh disfungsi oromandibular, stres psikologik, kecemasan, depresi, nyeri kepala akibat delusi, stres otot, dan kelebihan minum obat.
Pasien dengan TTH biasanya mengeluh tegang dan nyeri tetapi pemeriksaan fisik menunjukkan hasil yang normal.

Sebagian besar pasien dapat merasakan nyeri kepala hampir setiap hari dan lebih sering terjadi pada wanita. TTH lebih sering terasa bilateral dengan nyeri yang terlokalisasi pada kepala bagian depan, temporal, oksipital, leher, dan punggung belakang. Nyeri TTH tidak memberat dengan aktivitas, walaupun dapat ditemukan gejala fotofobia atau fonofobia. Pasien dengan TTH kronik juga sering mengalami gangguan tidur.

Kriteria diagnostik TTH meliputi terdapat episode nyeri dengan rata-rata 10 episode serang per bulan. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit sampai 7 hari, dan paling tidak terdapat 2 gejala yang khas dari: nyeri bilateral, terasa tertekan dan terikat tapi tidak berdenyut, intensitas ringan atau sedang, dan tidak diperberat dengan aktivitas, tidak didapatkan mual, fotofobia atau fonofobia, dan tidak berkaitan dengan kemungkinan nyeri kepala yang lain.

Terapi TTH

Tatalaksana TTH tidak bersifat spesifik karena patofisiologi yang belum jelas. Penanganan TTH berfokus pada mengurangi keluhan nyeri dengan pendekatan psikologis, fisiologis, farmakologis. Terapi farmakologi yang dapat diberikan mencakup psikotropika untuk tensiolitik, ansiolitik, dan antidepresi.

Kelompok kedua adalah antinyeri dan spasmolitik. Analgetik yang direkomendasikan adalah aspirin 1000 mg/ hari, paracetamol 1000 mg/ hari, naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari, asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen, atau natrium diclofenak. Caffein 65 mg dapat ditambahkan sebagai ajuvan.

Terapi nonfarmakologis yang direkomendasikan adalah kontrol diet, terapi fisik, menghindari pemakaian obat yang tidak sesuai indikasi, dan terapi behaviour. Pengobatan fisik yang dapat dilakukan adalah latihan postur dan posisi, massage, ultrasound, akupunktur transcutaneus electrical stimulation (TENS).

Cluster Type Headache

Cluster type headache disebut juga sebagai salah satu bentuk nyeri kepala otonomik yang ditemukan adanya profil nyeri kepala yang unik dengan periodisitas dan gejala otonomik. Nyeri kepala tipe ini digambarkan sebagai suatu nyeri yang hebat, selalu unilateral di bagian orbital, supraorbital, temporal, atau kombinasi.

Durasi nyeri antara 15-180 menit dan dapat berulang hingga 8x dalam satu hari. Serangan nyeri kepala dapat terjadi disertai gejala berupa conjuctival injection, lakrimasi, nasal congestion, rhinorrhoea, berkeringat di bagian wajah dan belakang kepala, miosis, ptosis, dan edema mata. Mayoritas pasien merasakan kelelahan atau agitasi selama serangan.

Cluster type headache tidak dipengaruhi oleh faktor psikologik atau penyesuaian pola hidup kecuali bagi pengonsumsi alkohol.

Terapi Cluster Type Headache

Tatalaksana nyeri kepala tipe ini berfokus pada menekan serangan episodik, mengurangi frekuensi, durasi, dan keparahan nyeri. Penanganan dengan analgesik dan ergotamin oral biasanya kurang memberikan efek untuk cluster type headache yang serangannya cepat. Penanganan terbaik yang dapat dilakukan adalah pemberian oksigen, sumatriptan subkutan, dan nasal serta zolmitriptan. Profilaksis cluster type headache dapat diberikan ergotamin, litium, verapamil, kortikosteroid, metisergid, dan asam valproat.

Redflag Nyeri Kepala

Beberapa gejala nyeri kepala yang ditemukan dapat mengarah pada gejala penyakit yang serius. Indikasi merujuk pada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi adalah pasien dengan nyeri kepala mendadak, penggunaan antikoagulan, riwayat trauma, panas, terdapat nyeri dan kekakuan prominen pada leher, penurunan kesadaran, dan defisit neurologi fokal.

Nyeri kepala adalah keluhan yang sering ditemui pada praktik sehari-hari. Penanganan yang tepat, mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan membebaskan mereka dari rasa nyeri.(mqa)

Semoga bermanfaat^^


Sponsored Content

Buku paling dicari dokter puskesmas, IGD dan Klinik Pratama dari aceh-papua ini sudah mau terbit lagi. Versi update tahun 2018 "BUKU 155 DIAGNOSIS DAN TERAPI FASKES PRIMER"

Harganya 155 ribu. Tapi, kalau kamu ikut pre-order, kamu akan dapat bonus DVD TERAPI CAIRAN DI IGD DAN PUSKESMAS senilai 156 ribu.

Tanggal 21-28 Februari ini kita buka pre-order. Langsung aja WA 085608083342 Yahya atau klik link order ini.

Buku akan dikirim ke rumahmu tanggal 18-04-18

Jangan sampai nggak kebagian kayak kemarin^^

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....