Skrinning Kehamilan Risiko Tinggi

Image Description
Admin Dokter post
Apr 13, 2018
Img 61e7639d7e162 stripalllossy1ssl1

Upaya menurunkan angka kematian ibu menjadi salah satu prioritas utama pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia. Untuk meningkatkan status kesehatan ibu, perlu dilakukan berbagai upaya kesehatan baik yang bersifat promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif. Langkah penapisan (skrining) dari risiko kehamilan penting dilakukan untuk dapat menentukan penanganan selanjutnya pada tiap ibu hamil. Pelayanan antenatal menjadi kunci utama penapisan tersebut sehingga harus dilakukan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas.

Skrinning Kehamilan Risiko Tinggi

Antenatal care (ANC) terpadu merupakan salah satu program yang disusun oleh kementrian kesehatan RI untuk dapat mendeteksi dini masalah/penyakit pada ibu hamil. Diharapkan dengan ANC terpadu pada fasilitas kesehatan primer maka status kesehatan ibu akan meningkat dan dapat menurunkan angka kematian ibu. Pada ANC terpadu dilakukan penapisan pada faktor risiko dan penyakit yang dapat berpengaruh pada kehamilan.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu dibagi menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre eklamsia/ eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung adalah faktor yang dapat memperberat keadaan ibu hamil dan mempersulit penanganan kedaruratan seperti empat terlalu dan tiga terlambat.

Empat terlalu terdiri dari terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kehamilan, sedangkan tiga terlambat meliputi terlambat mengenali tanda bahaya, mengambil keputusan, mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat penanganan kegawat daruratan.Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, dan tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, gangguan jiwa, dan kekurangan gizi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, pelayanan standar yang harus dilakukan meliputi beberapa hal. Pertama di lakukan penimbangan berat badan setiap kali kunjungan antenatal. Penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Kedua, lakukan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) sebagai skrining dari ibu hamil dengan kurang energi kronis (KEK). Apabila LiLA < 23,5 cm, ibu mengalami KEK dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Selanjutnya penting dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya hipertensi (>140/90 mmHg). Perlu diwaspadai tanda-tanda preeklamsia yang lain seperti edema wajah, tungkai atau proteinuria. Pengukuran tinggi fundus uteri setiap kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin dan kesesuaian dengan usia kehamilan.

Hitung denyut jantung janin (DJJ) dimulai dari akhir trimester I. Nilai normal DJJ adalah 120-160x/menit. Tentukan presentasi janin sejak akhir trimester II. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk ke panggul, waspadai kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain.

Untuk mencegah tetanus neonatorum, setiap ibu hamil diberikan imunisasi TT disesuaikan dengan status imunisasi ibu. Berikan tablet tambah darah minimal 90 tablet sejak kontak pertama. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin pada trimester pertama yaitu pemeriksaan hemoglobin (diulang pada trimester ketiga) dan golongan darah, dan pemeriksaan lain atas indikasi seperti protein utin, gula darah/reduksi, malaria, batang tahan asam (BTA), sifilis, serologi HIV. Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan janin.

Setelah dilakukan pemeriksaan, tenaga kesehatan dapat menentukan penanganan selanjutnya bagi masing-masing ibu hamil. Kasus yang tidak dapat ditangani harus dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Kehamilan dapat diklasifikasikan sesuai hasil pemeriksaan. Kehamilan normal adalah keadaan dimana keadaan umum ibu baik, tekanan darah < 140/90 mmHg, bertambah berat badan minumal 8 kg selama kehamilan sesuai indeks massa tubuh (IMT) ibu, edema hanya pada ekstremitas, DJJ 120-160x/menit, gerakan janin dapat dirasakan sejak usia 18-20 minggu hingga melahirkan, tidak ada kelainan obstetri, ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilan, dan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal.

Pada kasus ibu hamil dengan perdarahan antepartum atau preeklamsia yang ditandai dengan hipertensi, edema wajah dan tungkai, dan proteinuria, maupun adanya tanda gawat janin maka pasien harus dirujuk untuk penanganan sesuai standar karena termasuk keadaan gawat darurat. Pada keadaan ini kehamilan diklasifikasikan sebagai kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan dan membutuhkan rujukan segera.

Klasifikasi selanjutnya adalah kehamilan dengan msalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan/atau kerjasama penanganannya. Contohnya pada ibu dengan riwayat kehamilan sebelumnya janin atau neonatus mati, keguguran ≥ 3x, bayi < 2500 g atau > 4500 g, hipertensi, dan operasi. Selain itu pada kehamilan ini ditemukan kehamilan ganda, usia ibu < 16 tahun atau > 40 tahun, hipertensi, massa pelvis, penyakit jantung, ginjal, diabetes melitus, malaria, tuberkulosis, sifilis, TBC, anemia berat, HIV, dan masalah kesehatan jiwa. Kenaikan berat badan ibu hamil < 1 kg/bulan atau dengan risiko KEK LiLA < 23,5 cm, tinggi badan < 145 cm, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kelainan letak janin pada trimester III, dan infeksi saluran kemih perlu dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Ibu hamil dengan demam dapat ditangani di fasilitas kesehatan primer sesuai penanganan demam. Namun apabila dalam dua hari masih demam atau keadaan umum memburuk maka perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan lebih lengkap. Bila pada pemeriksaan tekanan darah ibu 140/90 mmHg tanpa proteinuri maka tangani hipertensi sesuai standar, periksa ulang dalam dua hari, bila meningkat maka segera rujuk. Apabila terdapat gangguan janin perlu untuk segera dirujuk. Ibu hamil dengan hipertensi berat (diastol ≥ 110 mmHg) tanpa proteinuria perlu dirujuk.

Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga diklasifikasikan sebagai kehamilan dengan masalah khusus, seharusnya dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan. Rujukan dapat dilakukan pada rumah sakit umum ataupun rumah sakit POLRI.

Beberapa pusat kesehatan di Jawa Timur menetapkan kartu skor Poedji Rochjati (KSPR) untuk membantu mendeteksi dini faktor risiko pada kehamilan. Kartu ini menggolongkan kelompok risiko ibu hamil menjadi kehamilan risiko rendah dengan skor 2, kehamilan risiko tinggi dengan skor 6-10, dan kehamilan risiko sangat tinggi dengan skor ≥ 12. Poin-poin yang menjadi penilaian adalah kehamilan itu sendiri (skor 2), primi muda (hamil anak pertama usia ≤ 16 tahun), primi tua (lama perkawinan ≥ 4 tahun, ibu umur ≥ 35 tahun), anak terkecil < 2 tahun, primi tua sekunder ( persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu), grande multi (melahirkan ≥ 4 kali).

Poin lain yang dihitung pada KPSR adalah tinggi badan ≤ 145 cm, riwayat obstetri jelek (keguguran, lahir preterm, lahir mati, lahir hidup lalu mati usia ≤ 7 hari, keguguran ≥ 2 kali, riwayat janin mati dalam kandungan), bekas operasi caesar, penyakit pada kehamilan, pre eklamsia, hamil kembar, hidramnion, janin mati dalam rahim, hamil lebih bulan, letak sungsang atau lintang, perdarahan antepartum, preeklamsia berat/eklamsia. Apabila hasil skor pasien tergolong KRT maka persalinan harus dilakukan di tenaga kesehatan, sedangkan pada pasien KRST persalinan harus di RS atau spesialis kandungan. (alv)

Semoga Bermanfaat


Sponsored Content

SUDAH READY…

Buku 155 Diagnosis dan Terapi di Faskes Primer

promo-buku-155-diagnosis-terapi-pak-dhe-wahono

Berisi

  1. Kumpulan diagnosis, terapi dan contoh resep 155 penyakit yang "wajib" ditangani di Faskes Primer

  2. Ilmu praktis "Mahir Baca EKG" buat di IGD dan Puskesmas

  3. Tips Evaluasi Foto Thoraks dan Fraktur

  4. Dosis obat untuk anak berbasis diagnosis di Faskes Primer

  5. Rangkuman intisari Diskusi Faskes Primer

Lengkap terangkum dalam buku 350 halaman, full color untuk ilustrasi penyakit dermatologi dan Gambar EKG.

Pas di taruh di laci praktek kamu

Bisa kamu dapatkan dengan biaya 199 ribu

WA aja Yahya 085608083342

Semoga Bermanfaat^^

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....