OBAT-OBATAN YANG SERING MEMICU REAKSI ERUPSI OBAT (DRUG ERUPTIONS)

Image Description
Admin Dokter post
Oct 08, 2018
Angioedema stripalllossy1ssl1

Sekitar 80% obat yang beredar di pasaran saat ini adalah hasil inovasi teknologi informasi dalam 3 dasawarsa terakhir. Paparan berbagai obat baru meningkatkan insidensi reaksi erupsi obat (drug eruptions) dalam praktek sehari-hari. Sayangnya, diagnosis reaksi erupsi obat masih menjadi tantangan terutama di fasilitas kesehatan primer. Masih sering TS misidiagnosis untuk kasus erupsi obat karena memang tampilan klinisnya memiliki variasi yang luas.

Dokter di Faskes Primer tentu memiliki kepentingan klinis yang sangat strategis dalam membedakan tipe reaksi erupsi obat. Menegakkan diagnosis yang tepat adalah kunci tatalaksana yang akurat dan berujung pada kesembuhan.

Diagnosis Klinis Rekasi Erupsi Obat (Drug Eruptions)

Definisi World Health Organization (WHO) untuk reaksi erupsi obat adalah reaksi yang tidak diharapkan pada pemberian obat dosis normal yang digunakan oleh pasien. Terdapat dua jenis RSO, yaitu rekasi tipe A, yang dapat dirediksi karena sifat farmakologik obatnya, dan reaksi tipe B, yaitu reaksi yang tidak dapat diprediksi (20-25%) sifat farmakologik obatnya. Eliminasi obat pencetus merupakan kunci utama tatalaksana dan pencegahan reaksi erupsi obat yang berat. Sehingga alur kerja pada kasus reaksi erupsi obat adalah

  1. Mengenali manifestasi klinis reaksi erupsi obat
  2. Menyelidiki obat pencetus
  3. Tatalaksan reaksi erupsi obat

Manifestasi Klinis Reaksi Erupsi Obat

Reaksi erupsi obat bisa muncul dalam variasi klinis yang cukup beragam, diantaranya adalah

1. Urtikaria dan Angiodema

Urtikaria adalah lesi kulit berupa edema setempat pada kulit dengan ukuran yang bervariasi. Keluhan yang umum disampaikan pasien adalah gatal dan panas pada tempat lesi. Lesi biasanya bertahan hanya kurang dari 24 jam, kemudian hilang perlahan.

KIPI-vaksin-MR-urticaria

Lesi urtikaria dapat muncul di banyak tempat, predileksinya bahkan bisa muncul di seluruh tubuh. Bila terjadi pada jaringan yang lebih dalam, maka disebut angioedema.Angioedema bersifat unilateral dan tidak gatal, menetap 1-2 jam, namun kadang dapat persiten hingga 2-5 hari. Angioedema dapat terjadi di daerah bibir, kelopak mata, genitalia eksterna, tangan, dan kaki. Waspadai angioedema pada glotis, karena dapat menyebabkan asfikasi yang berujung pada kematian.

angioedema

Obat yang sering meyebabkan urtikaria ialah

  1. Penisilin
  2. Asam asetil-salisilat
  3. NSAID

Sedangkan penyebab tersering angioedema tanpa disertai urtikaria adalah

  1. Golongan obat beta laktam
  2. NSAID
  3. Angiotensin receptor blocker (ARB)
  4. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

Tatalaksana Urtikaria Akut meliputi

Antihistamin H1

  1. Dipenhidramin HCl i.m.
    Dewasa : 10-20 mg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
    Anak : 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
  2. Klorpheniramin maleat
    Dewasa : 3-4 mg/dosis, 3 kali/24jam
    Anak : 0,09 mg/kg/dosis, 3 kali/24jam
  3. Hydroxyzine HCl
    Dewasa : 25 mg/dosis, 3-4 kali/24jam
    Anak : 0,5 mg/kg/dosis,3 kali/24jam
  4. CyproheptadinHCl
    Dewasa : 4mg/dosis, 3-4 kali/24jam

Kortikosteroid

Digunakan pada urtikaria yang akut dan berat
Akibat reaksi tipe III

  1. Prednison
    Dewasa : 5-10 mg/dosis, 3 kali/24 jam
    Anak : 1 mg/KgBB/hari
  2. Deksametason
    Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, 3 kali/24 jam
    Anak : 0,1 mg/KgBB/hari

Kombinasi kortikosteroid dengan antihistamin, diberikan selama 2 minggu, biasanya sesudah itu tidak kambuh.

2. Erupsi Makulopapular dan Eritroderma

Erupsi makulopapular atau sering disebut juga erupsi morbiliformis merupakan bentuk reaksi erupsi obat yang paling sering ditemukan. Erupsi makulopapular dapat timbul dalam beberapa hari, hingga 2-3 minggu, setelah konsumsi obat. Muncul awal di tubuh, lesi eritematosa kemudian menyebar ke perifer secara simetris dan generalisata, hampir selalu disertai pruritus (gatal).

Erupsi-Makulopapular

Erupsi makulopapular terkadang dapat meninggalkan bekas hiperpigmentasi. Reaksi erupsi obat tipe ini sangat jarang disertai keterlibatan organ sistemik.

Beberapa obat yang dilaporkan sering menyebabkan erupsi makulopapular adalah

  1. Ampisilin
  2. NSAID
  3. Sulfonamid
  4. Fenitoin
  5. Karbamazepin

Erupsi makulopapular sering kali misdiagnosis sebagai penyakit kulit lain, misalnya dermatitis kontak. Hal tersebut dapat berakibat fatal karena bila obat pencetus tidak dihentikan, dapat terjadi perluasan lesi menjadi eritoderma.

Tatalaksana Erupsi Makulopapular Meliputi

  1. Identifikasi dan penghentian penggunaan obat yang diduga dan obat yang berinteraksi silang dengan obat yang diduga
  2. Antihistamin
  3. Kortikosteroid topikal
  4. Kortikosteroid oral : prednison 1-2 mg/kg/hari (hanya untuk kasus berat)

Eritoderma adalah lesi eritema difus disertai skuama, lebih dari 90% luas permukaan tubuh. Eritoderma bukanlah suatu diagnosis spesifik dan dapat disebabkan oleh berbagai penyakit lain selain reaksi erupsi obat, contohnya

  1. Perluasan penyakit kulit
  2. Penyakit sistemik, termasuk keganasan (Limfoma Hodgkin), atau idiopatik

Sehingga penting bagi dokter untuk menegakkan diagnosis apakah eritroderma yang terjadi karena reaksi simpang obat atau karena penyebab lain.

Obat yang dapat menyebabkan eritroderma antara lain adalah

  1. Alopurinol
  2. Sulfonamid
  3. Antikolvusan
  4. Parasetamol
  5. Minosiklin

-Bersambung-


Sponsored Content

Pasien ini dikonsulkan TS ke Group Diskusi Klinis FKTP (DKFKTP), kemudian didiagnosis dr Ardsari, SpKK dengan suspek impetigo krustosa DD dermatitis kontak alergi.

Saran terapinya

  1. Kompres PZ tiap 3 jam, 3 kali sehari, tiap kompres 15 menit, dalam 3 hari pertama bila krusta sudah lepas, beri emolien saja
  2. Antihistamin
  3. Amoxicilin sirup
  4. Follow up

follow-up-terapi-impetigo

Alhamdulilah pagi tadi sudah ada laporan follow up dari pasien, dari klinis pasien memang membaik. Terapinya cocok.


Kebetulan Group DKFKTP akan dibuka lagi pendaftaran untuk periode berikutnya tanggal 14-16 Oktober 2018.

Cuma 3 hari pendaftarannya, dan akan dibatasi hanya 100 member saja.

Selain kasus dermatologi, kamu juga bisa konsul kasus

  1. Interna
  2. Kardio
  3. Pediatri

Iurannya 250 ribu/bulan => Belajar langsung dari advis dokter spesialis ahli di bidangnya 30 x 24 jam

Kalau kamu minat gabung, aku saranin isi waiting list di sini dulu deh => Waiting List DKFKTP Oktober 2018

Biar nanti Yahya bisa ngingetin kamu kalau sudah deket deadline pendaftaran. Jadi kamu nggak terlewat untuk mendaftar

Semoga Bermanfaat^^

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....