Bukan Sindroma Koroner Akut, Diterapi Sebagai Sindroma Koroner Akut. Aman?

Image Description
Admin Dokter post
Jul 03, 2017
Dr Wahyudi Sp PD stripalllossy1ssl1

Hari ini ada pertanyaan menarik dari sejawat DokterPost.com, tentang masalah yang sangat sering ditemui dalam praktek sehari-hari di fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas. Yaitu tentang untung-rugi memberikan terapi sindroma koroner akut pada pasien yang dicurigai SKA. Bagaimana jika tidak ada EKG maupun Pemeriksaan Biomarker Enzim?

Dok, mau nanya. kalo misalnya nih, kita nemu pasien di puskesmas dengan kecurigaan SKA (ekg dan biomarker tidak tersedia), terus kita stabilisasi dan mutusin untuk pemberian ISDN 5 mg sublingual, dual antiplatelet (loading dose), statin 10 mg, captopril 12,5 mg lalu rujuk. Tapi setelah d rujuk, ternyata diagnosisnya bukan SKA. Nah apa ada resiko ato efek samping yang bisa terjadi akibat pemberian obat-obatan tersebut? Apakah kita perlu khawatir dok selama perjalanan pasiennya ke RS rujukan? Apalagi jika jaraknya yg lumayan jauh. Mhon di sharing ilmunya dok. Terima ksh.

Kondisi seperti di atas memang dilematis, namun sayangnya sering terjadi di puskesmas atau klinis dengan fasilitas kesehatan yang terbatas. Kalau tidak punya EKG, memang akan sangat sulit menegakkan diagnosis klinis Sindroma Koroner Akut sesuai kriteria WHO.

Aku coba untuk konsultasikan hal ini, kepada ahlinya dr Wahyudi, SpPD. Begini tanggapan beliau…

"Risiko dan atau efek samping tergantung pasien. Apakah ada penyakit penyerta atau penyakit sebenarnya apa. Misalnya pasien ada gastritis, terdapat risiko perburukan gastritisnya akibat aspirin dosis tinggi atau pasien punya trombositopeni sehingga berisiko perdarahan. Secara umum, kita lebih baik memikirkan diagnosis terburuk dan memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan. Walaupun diagnosis pastinya lebih ringan dari diagnosis kerja kita."

Sindroma Koroner Akut memang masih menjadi masalah yang peling diselesaikan di negara kita. Beberapa daerah sudah menerapkan sistem rujukan berjenjang yang terintegrasi sehingga memungkinkan pasien mendapat tatalaksana yang baik.

Namun, tidak sedikit daerah yang masih memiliki sistem kesehatan yang banyak kekurangan. Misalnya, dari survei yang dilakukan admin beberapa bulan yang lalu, hampir 50% puskesmas di daerah terpencil masih belum memiliki akses terhadap EKG.

Padahal diagnosis sindroma koroner akut sulit ditegakkan jika pasien tidak diperiksa EKG sebelumnya, mengharapkan ketersediaan enzim biomarker jauh lebih tidak mungkin.

Setidaknya, kamu perlu menganalisis faktor risiko untuk memutuskan apakah pasien sebaiknya diterapi sebagai SKA atau bukan.

Analisis faktor risiko memang merupakan salah satu faktor penting dalam menegakkan diagnosis klinis Sindroma Koroner Akut. Analisis faktor risiko akan sangat penting ketika kamu ada di Puskesmas daerah terpencil, tanpa EKG dan Cardiac Biomarker. Sering kali rujukan rumah sakit dengan SpJP membutuhkan waktu berhari hari. Analisis faktor risiko bisa sangat membantu kamu menentukan apakah pasien mendapatkan terapi sindroma koroner akut atau tidak.

Untuk tatalaksana sindroma koroner akut yang lebih detail di IGD, kamu bisa baca di Tatalaksana Sindroma Koroner Akut di IGD

Semoga Bermanfaat^^

=
Sponsored Content

Penjelasan dr Ragil, SpJP yang lebih detail untuk menjawab kasus-kasus yang dihadapi dokter Puskesmas dan IGD juga sudah dirangkum di DVD Sindroma Koroner Akut. Berikut sedikit preview DVD Sindroma Koroner Akut in Daily Practice tentang pentingnya analisis faktor risiko dalam membedakan kelainan Sindroma Koroner Akut vs Dispepsia.

Harganya 156 ribu (belum termasuk ongkos kirim).

Pemesanan via SMS/WA 0856 0808 3342 (YAHYA)

Related articles

  • Jul 31, 2020
Tatalaksana Chest Clapping untuk Fisioterapi Dada Pasien PPOK

Mukus atau secret diperlukan oleh tubuh untuk melembabkan dan menangkap mikroorganisme kecil...

  • May 09, 2020
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11

Tau dong, WHO sudah meluncurkan ICD seri 11, untuk menggantikan ICD 10. Ada perubahan signifikan...

  • May 02, 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020

Bagus banget webinar PAPDI kemarin, tanggal 30 April 2020. Terutama materi yang dijelaskan Dr....